Judul : Manusia Setengah Salmon
Penulis : Raditya Dika
Penerbit : GagasMedia
ISBN : 979-780-531-X
Tebal : 264 halaman
Setiap orang akan mengalami yang namanya perpindahan dalam hidupnya. Baik disadari atau pun tidak, setiap orang akan mengalami sebuah proses yang namanya ‘pindah’ dalam perjalanan hidupnya.
Manusia Setengah Salmon adalah buku ke enam dari penulis novel komedi nomor satu di negeri ini, yaitu Raditya Dika. Di dalam buku terbarunya ini Raditya Dika menyuguhkan 18 bab yang menceritakan makna sebuah kata ‘pindah’ ; pindah rumah, pindah pekerjaan, pindah status dan bahkan pindah hati.
Dengan gaya penulisannya yang khas, Raditya Dika mengajak pembacanya untuk kembali menelaah sebuah proses perpindahan dalam kehidupan dengan sebuah narasi komedi yang khas, penceritaan yang mampu membuat pembaca tertawa sekaligus merenungi perpindahan yang telah terjadi tanpa disadari.
“Hidup sesungguhnya adalah potongan-potongan antara perpindahan satu dengan lainnya. kita hidup di antaranya.” (hal. 254)
Di dalam buku Manusia Setengah Salmon ini Raditya Dika secara garis besar bercerita tentang perpindahan dari satu hati ke hati lain yang dianalogikan seperti saat ‘pindah’ rumah.
“Seperti rumah ini yang jadi terlalu sempit buat keluarga kami, gue juga menjadi terlalu sempit buat dia. Dan, ketika sesuatu sudah mulai sempit dan tidak nyaman, saat itulah seseorang harus pindah ke tempat lain yang lebih luas dan (dirasa) cocok untuk dirinya. Rumah ini tidak salah, gue dan dia juga tidak salah. Yang kurang tepat itu bila dua hal yang dirasa sudah tidak lagi saling menyamankan tetap dipertahankan untuk bersama. Mirip seperti gue dan dia. Dan dia, memutuskan untuk pindah” (hal. 29)
“Saat ini, gue jadi berpikir, proses pindah hati juga seperti pindah rumah. Terkadang , kita masih membanding-bandingkan siapa pun yang kita temui dengan mantan pacar. Ketika kenalan sama seseorang, kita membandingkan dengan kebiasaan mantan pacar kita. Seperti lazimnya orang yang masih terjebak di masa lalu, orang yang lebih baru pasti kalah dari mantan pacar kita yang sudah lama itu.” (hal. 244)
Selain bercerita tentang esensi kata ‘pindah’ di kehidupan yang dijalani, di dalam Manusia Setengah Salmon, Raditya Dika juga menyelipkan pesan tentang kasih sayang ibu yang tidak pernah luntur di dalam bab Kasih Ibu Sepanjang Belanda. Di dalam bab ini, Raditya Dika baru menyadari perhatian dan cinta yang diberikan oleh ibunya (yang menurut Raditya Dika cukup mengganggu dan over protective) setelah pertemuannya dengan Perek (ya begitulah namanya) temannya dari kota Praha, saat summer course di Belanda.
“Kita gak mungkin selamanya bisa ketemu dengan orangtua. Kemungkinan yang paling besar adalah orangtua kita bakalan lebih dulu pergi dari kita. Orangtua kita bakal ninggalin kita, sendirian. Dan kalau hal itu terjadi, sangat tidka mungkin buat kita untuk mendengar suara menyebalkan mereka kembali.” (hal. 133)
Bab Pesan Moral Dari Sepiring Makanan, Bakar Saja Keteknya dan Jomblonology, menjadi bab yang merupakan Raditya Dika banget. Saat membaca bab tersebut pembaca tidak mungkin dapat menahan tawa, sebab di bab tersebut, Raditya Dika membuktikan dirinya adalah penulis buku komedi terlaris di negeri ini.
Secara keseluruhan, novel Manusia Setengah Salmon mampu mengocok perut pembaca dengan gaya komedi khas Raditya Dika, namun juga mampu menimbulkan efek galau saat membaca beberapa bab yang ada di dalamnya, yaitu ; Sepotong Hati di Dalam Kardus Coklat, Penggalauan, Mencari Rumah Sempurna, Manusia Setengah Salmon.
Namun dibalik kesuksesan Raditya Dika meramu buku Manusia Setengah Salmon, tetap ada beberapa bab yang menurut saya ‘gagal’. Ya, gagal menghadirkan komedi yang lucu atau pun menyampaikan pesan moral, sehingga di bab tersebut menjadi cenderunga garing saat dibaca. Bab tersebut adalah bab Emo.. Emo.. Emo.. Emotikon! Hal yang Tidak Seharusnya Dipikirkan tapi Entah Kenapa Dipikirkan, dan Serupa tapi Emang Beda.Saya memberikan rating 8 dari 10 bintang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar