Hm, film dibuka dengan Pooh yang bangun tidur dan
mendapati bahwa semua madu di rumah pohonnya telah habis. Karena perutnya
lapar, maka Pooh pergi keluar rumah untuk mencari madu atau meminjam madu dari
tetangga sekaligus teman – temannya.
Dalam perjalanan, Pooh mendapati Eeyore sedang kesusahan
karena ekornya menghilang. Dengan bantuan Owl dan Christoper Robin, akhirnya
diputuskanlah untuk membuat kontes “ ekor baru bagi Eeyore “ dengan hadiah
sebuah pot penuh madu. Semua warga hutanpun tertarik untuk mengikuti kontes
tersebut, terutama Pooh yang perutnya terus keroncongan.
Berbagai inovasi dan carapun dilakukan para warga Hutan Hundred
Acre untuk memberikan ekor terbaik bagi Eeyore. Sayangnya, hampir semuanya
mengalami kegagalan. Saat masalah ekor Eeyore belum selesai, muncul lagi
masalah baru dengan diculiknya Christopher Robin oleh makhluk mengerikan yang
bernama Backson. Seluruh warga Hutan Hundred Acre bahu - membahu menyusun
siasat untuk merebut kembali Christopher Robin dan juga menemukan ekor baru
bagi Eeyore. Malangnya, perut Pooh masih bersenandung tanpa bisa dikontrol. “ Oh, dear ”
Berdasarkan buku cerita karya A. A. Milne dengan judul
yang sama. Film terbaru Disney ini berdasarkan tiga cerita yang ada dalam buku
tersebut. Dua kisah berasal dari buku Winnie-the-Pooh: "In Which Eeyore
Loses a Tail and Pooh Finds One," dan "In Which Piglet Meets a
Heffalump." Sedangkan satunya berasal dari The House at Pooh Corner:
"In Which Rabbit Has a Busy Day and We Learn What Christopher Robin Does
in the Mornings."
Sebenarnya, film ini akan mengambil lima kisah dari buku A.
A. Milne, namun entah kenapa, hasil akhirnya hanya memasukkan tiga kisah saja.
Bahkan, sebelumnya ada pernyataan yang mengatakan bahwa hubungan pertemanan
Rabbit akan ditunjukkan di film ini, tapi dalam hasil finalnya, adegan tersebut
tidak pernah ada.
Winnie The Pooh merupakan sebuah film 2D terbaru Disney
semenjak kesuksesan The Princess And The Frog. Rasanya menyenangkan sekali
melihat sebuah karya klasik Disney ditampilkan lagi dengan format seharusnya,
bukannya 3D (khas Disney). Sudah jarang banget menonton film 2D dengan cerita
menghibur dan bagus sejak film – filmnya Studio Ghibli.
Hanya
dengan durasi satu jam lebih sedikit (juga diikuti dengan film Winnie The Pooh
lainnya dengan durasi yang sekitar satu jam), filmnya sendiri terasa ringan dan
menghibur serta penuh dengan makna. Bisa dipastikan bisa menghibur anak – anak
yang menontonnya, juga bias menjadi suatu nostalgia bagi orang tua yang juga
turut menontonnya. Tak mengherankan film ini mendapat banyak sekali pujian oleh
para kritiukus di rottentomatoes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar