Pada awalnya Gandrang Bulo sebenarnya sekadar tarian yang diiringi
oleh gendang. Seiring waktu tarian ini diiringi pula lagu-lagu jenaka,
dialog-dialog humor namun sarat kritik dan ditambah gerak tubuh yang
mengundang tawa. Kadangpula diselipkan Tari Se’ru atau Tari Pepe pepeka
ri makka yang acap kali tampil sendiri di berbagai panggung pertunjukan,
namun oleh masyarakat sekitar tetap saja ia dikenal sebagai bagian
pertunjukan Gandrang Bulo. Grup-grup Gandrang Bulo di Sulawesi Selatan
masih dapat dijumpai di berbagai tempat seperti Gowa, Makassar, Maros,
dan Takalar. Gandrang Bulo, menjadi tempat bebas seniman kampung
mengekspresikan problem mereka sehari-hari. Ya, suara kaum marginal
dalam bentuk humor.
Ketika masa penjajahan, Gandrang Bulo
disulap bukan sekadar tari-tarian, melainkan tempat pembangkit semangat
perjuangan dengan mengejek dan menertawakan penjajah dan antek-anteknya.
Gandrang Bulo, ketika itu, lantas menjadi kesenian rakyat yang amat
populer. Rakyat dan seniman membangun basis-basis perlawanan dari atas
panggung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar