Kayau atau mengayau memiliki arti memotong kepala musuh. Dalam masyarakatKalimantan Timur khususnya suku Dayak Iban melakukan kayau atau mengayau merupakan upacara adat yang dilakukan sebagai bentuk keberanian, kejantanan dan kekuasan dalam melindungi keberadaan suku tersebut dari musuh. Alat mengayau yang dilakukan dengan menggunakan senjata mandau, senjata tradisional suku dayak. Tidak semua orang bisa mengayau hal itu karena ada aturan siapa saja yang boleh mengayau.
Secara turun temurun upacara mengayau dengan tarian kayau ini diturunkan pertama kali oleh Urang Lindau Lendau Dibiau Takang Isang seorang yang gagah berani pada zamannya. Bagi mereka yang mendapatkan kepala musuh akan diberi gelar bujang berani. Saat ini tarian kayau sebagai bagian dari upacara mengayau yang mempersembahkan kepala orang digantikan oleh kepala babi. Ada tiga tahap dalam upacara mengayau ini yaitu mengantar sesaji kepada bentang (rumah suku adat dayak), kedua, turun bentang yaitu melakukan pengayauan kepada kepala babi dan yang terakhir adalah memasuki rumah betang ditandai dengan bunyi-bunyi musik. Dalam upacara ini peralatan yang ada adalah tombak, perisai, dan mandau. Selain itu, peralatan lain yang mendukug untuk upacara ini adalah gong besar dan kecil, dan sesaji. Begitu juga orang yang akan melakukan upacara mengayau ini harus mengikuti aturan salahsatunya pantangan yang harus dijalankan yaitu pengayau harus bersih hati, pengayau berada dalam kelompok dan tidak berpencar dan sesaji yang ada tidak boleh diambil atau dicuri.
Upacara mengayau ini adalah simbol tentang kekuasaan, keberanian, tanggung jawab sosial, nilai pendidikan dan penyadaran bahwa mengayau adalah kegiatan yang bersifat untuk melindungi diri bukan kegiatan yang negatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar