Sabtu, 16 November 2013

Cerpen - Dia Tiga dan Terimalah

Di kelas
“yang namanya ama dipanggil bu wiwi di piket” mengikuti suara yang memanggilku menghampiri bu wiwi. Sejenak dia berbalik “ya tuhan ganteng sekali! Siapa namanya? Oh god!” bisiku dalam hati.
“ros, aku liat ada yang ganteng barusan. Kaka kelas!” tegasku pada ros yang masi polos dan belum terkontaminasi ‘gue, elo’.
“mana? Aku ga lihat am!” jawabnya
“aku lihatnya kemarin sih ros, haha” tuntasku.
Maklum, murid baru duduk bangku abu-abu! Smk loh, bukan sd. Beli baju baluuu, ga ada koperasi! Adanya bisnis centre. “itu yang aku maksud!” bisikku,
“yang mana?” jawab ros
“yang jongkok.”
“ganteng am!” ros nyengir,
“jelas! Gua kan bilang kemaren-kemaren, hadoh!” gerutuku dalam hati sambil berharap dia yang ngasihin seragam itu padaku.
“aku denger febrian namanya!” ros mulai ngajak rumpi pagi-pagi. ‘febrian’ itulah nama yang kutulis dengan seni grafiti sepanjang istirahat biar ga ada yang tau. Huaaaa
Ga lama aku tau namanya! Dan itu bukan febrian! Itu pukulan keras untukku, karena selama ini nama yang kutulis dengan penuh harap bukan namanya, oh god! Mau pingsan saja rasanya.
Aaakkk, waktu cepet banget jalannya. Dia kelas 3 yang mau ujian dan aku anak yang siap dikirim prakerin. Huaaa, gimana lihat dia lagi? Pasrah.
Sms
“am, ada seminar, dapet snack dapet transport” begitu bunyi sms dari tari
“oke gua ikut, gua ajak pasukan gua ya tar” balasku.
“ajak aja! Biar rame.” kembali sms darinya.
Bertolak seminar, lapar dan ngantuk. Hoam! Yang penting uang transportnya okey! “gua smsan sama kakak itu, sumpah cuek banget” celetuk tari “aaa gua kesel, yang naksir duluan gua kenapa lu duluan yang smsan sama dia?” gumam dalam hati.
“am, ni nomernya tiga. Aku ambil dari hpnya tari tadi” kata ros di sms
“makasi ros!” jawabku riang. Aku berfikir “apa yang akan kulakukan dengan nomer ini? Ya ampun!” teriaku dalam hati.
Mencoba beranikan diri dannn. Tiktok.. Tiktok.. Smsku dibalas! Setelah itu sms-smsku yang lain mengundang rasa penasarannya! Sampai pada akhirnya aku akui siapa diriku dan menghilang.
Dia hanya penasaran dengan nama aneh yang kusebutkan padanya, bukan benar-benar ingin mengenalku sebagai teman. Smsku yang biasa aku kirimkan padanya tidak terbalas hingga aku duduk di bangku kelas 3 smk. Dan tari terus membuatku panas karena masih smsan sama kakak kelas pujaanku.
Oh god! Sampai sekarang aku tidak berfikir untuk mengirim pesan padanya, daripada harus menerima kenyataan dia tidak membalas pesanku.
Cerpen Karangan: Naila Rahmawati Shofyan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar