Jumat, 15 November 2013

Cerpen - Sebaiknya Aku Mengerti

Hari ini hari selasa, tepatnya hari jadiku dengan Karel. Aku sudah menjalani hubungan ini selama 1 tahun. “Hai Sya” sapa Noni sahabatku. “Hai Non” ucapku dengan nada bahagia. “Ciye ciye hari ini anniv nih” ujar Noni mencubit pinggangku. “Hehe.. Iya nih, tapi Karel belum kelihatan juga sampai sekarang” ucapku kecewa. “Sabar aja kali Sya”. “Iya deh”.
Tak lama dari itu, Karel datang kepadaku, dan langsung mengambil posisi duduk di sebelahku. “Happy anniv ya Sya” ucap Karel memelukku. Kali ini Karel memelukku dengan pelukkan yang sedikit berbeda. Entah, aku tak tau mengapa. “Fasya..” ucap Karel menatapku. “Iya? Ada apa Karel?”. “Kita sampai sini saja ya?” ucap Karel menitikkan air mata. “Apa salahku?” balasku dengan nada sedih. “Maaf, aku tidak bermaksud untuk membuatmu sakit. Tapi setelah kelulusan nanti, aku akan segera bertunangan” jelasnya. “Dengan siapa?”. “Anak temannya mamahku” jawabnya renyah. Aku tak menjawab apapun dari perkataannya dan langsung pergi dari hadapannya. Sahabatku Noni mengejarku, “Fasyaa!! Tunggu”. Aku hanya menghentikan langkahku dan membalikkan badan dengan mata yang berderai air mata. “Sya, kamu yang sabar ya? Jangan sedih, kan masih ada aku disini?” ucap Noni menenangkanku. “Aku hanya tak menyangka, Karel memutuskan hubungan ini tepat pada anniv 1 tahun, dengan alasan akan bertunangan pula!” ucapku menyandarkan kepala di bahu Noni. “Sudah sudah, disini masih ada aku Sya”. “Terimakasih Noni, kamu sahabat terbaik yang pernah aku kenal”. “Iya sama-sama. Sudah hapus air matamu”.
Setelah kejadian itu, Aku sering melamun di tempat yang sepi. “Besok pengumuman kelulusan, dan setelah itu Karel akan bertunangan” batinku menangis. Kini aku bukan lagi seorang periang. Aku selalu mengingat semua kenangan dulu di saat bersama-sama dengan Karel.
FASYA AULIA YOGASWARA — LULUS. Aku hanya tersenyum melihat tulisan yang terpampang di papan pengumuman. Lalu aku menggerakkan telunjukku ke bawah. GANENDRA KAREL YULIANTO — LULUS. Kenyataan ini yang membuatku semakin sakit. “Sya, gimana? Kamu lulus?”. “Alhamdulillah lulus Non” ucapku dengan nada lesu. “Lulus? Kenapa cemberut?”. “Karena Karel juga lulus Noni” ucapku menggentak. “Lalu kenapa? Harusnya kamu senang dong Karel lulus?”. “Senang? Aku harus senang?”. “Oh, aku mengerti sekarang. Jika Karel lulus, itu tandanya dia akan segera bertunangan bukan?” ucap Noni percaya diri. Aku tak menanggapi perkataannya itu. “Sudahlah Sya, mungkin karel bukan jodoh kamu. Sudah! Ayo ke kantin” Noni menarik tangaku.
Dan ini kenyataan yang sangat pahit! Aku bertemu karel di kantin. “Hai Sya” sapa Karel padaku. Aku tak menggubris sedikit pun sapaannya itu, aku segera membuang muka! Layaknya seseorang yang tidak pernah kenal. “Sya!” ucap Karel memegang tanganku. “Lepasin! Kamu itu siapa? Aku gak kenal!” ucapku menggentak. “Segitukah kau membenciku Sya?” tanyanya dengan nada memelas. “Maaf” ucapku meninggalkan Karel. Aku berlari meninggalkan Noni yang sudah duduk di meja kantin. “Sya Fasya” teriak Karel memanggilku. Noni segera menoleh ke arahku yang sedang berlari. “Ada apa lagi ini” batin Noni geregetan. Noni segera mengejarku. “Fasya berhenti! Kamu gak bisa kayak anak kecil terus dong! Kamu itu udah lulus SMA”. Aku menghentikan langkahku. “Biarkan aku untuk sendiri Non, ku mohon”. “Baiklah jika itu mau mu. Tenangkan dirimu Sya”.
Hari hari pun berlalu. Dan hari yang kutunggu-tunggu itu akhirnya datang juga. Pengumuman penerimaan siswa di Universitas Gajah Mada. Dan Alhamdulillah, aku diterima di Universitas tersebut. Kini aku sudah menjadi anak kuliahan.
Hari demi hari ku lewati di Universitas itu. “Hai Sya” ucap seseorang mengagetkanku. Aku segera menengok ke sumber suara. Dan ternyata itu sahabatku. Ya! Noni! “Hai Noni! Kemana aja sih? Dari kemaren sim card mu gak aktif?”. “Hehe… sengaja”. “Dasar Noni!!”. Aku langsung memeluk Noni dengan pelukan yang sangat hangat. Layaknya pelukan dari seorang Ibu.
“Kantin yuk Sya?”. “Gak di SMA, dak disini, makan terus yang dipikirin”. “Hehe.. biarin aja dong” ucap Noni sambil menarik tanganku. Aku dan Noni langsung berjalan menuju kantin. Aku memilih meja nomor 7. “Kamu mau apa Sya?”. “Tumben nanya? Mau mentraktir?”. “Hm.. ya ya! Kali ini saja aku mentraktir kamu”. “Ok! Aku pesen bakso sama jus jeruk aja deh Non”. “Oke, tunggu bentar ya aku pesen dulu”. “Sipp”.
Tak lama kemudian, Noni sudah kembali di hadapanku. “Sya?”. “Ada apa?”. “Kamu udah bisa move on dari Karel?”. “Ngapain bahas dia lagi sih Non?”. “Bukannya gitu Sya. Masalahnya Karel juga kuliah disini!”. “Haah?!” teriakku kencang. “Sttt! Gak usah keras-keras dong”. Aku cukup kaget dengar berita itu. Karel? Satu kampus sama aku? TIDAK!
“Maaf, yang pesen jus jeruk tadi siapa ya?” ucap penjaga kantin setengah berteriak. “Saya!” ucapku dan salah seorang lagi. Aku segera memalingkan pandanganku dengan tangan yang masih ku angkat. “Fasya?” ucap orang tersebut. “Karel?!” ujarku tak percaya. Kini aku tak mau bersikap seperti anak kecil lagi, aku akan berusaha tetap disitu. Semakin jelas aku mendengar derap langkah yang menuju kepadaku. Aku hanya tertunduk dan diam, aku tak mau melihat wajahnya lagi. “Hai Sya, apa kabar” ucap Karel lembut. “Oh saya baik” jawabku santai. “Kamu sudah jadi tunangan belum Rel?” ujar Noni menimpali. “Em.. rencana minggu depan Non”. “Oh begitu”. Aku tertunduk lemas, rasanya saat itu juga aku ingin pergi ke suatu tempat agar aku tak bertemu dengan Karel lagi. “Em, aku masuk dulu ya? Ada kelas siang ini” ucapku dan langsung pergi meninggalkan mereka di meja kantin.
Saat pelajaran pun aku tak bisa memfokuskan diriku pada pelajaran tersebut. Aku selalu terbayang tentang pertunangan Karel nanti. Setelah kuliah hari ini selesai, aku membuka lokerku. Dan ternyata ada sebuah amplop yang berukuran sedang. “Amplop? Dari siapa?” ucapku lirih. Sesegera mungkin aku membuka amplop tersebut. Aku mulai menarik isinya keluar. Sebuah kartu undangan pertunangan untukku. Aku membuka kartu itu, tiba-tiba ada sebuah kertas putih yang jatuh. Aku mengambilnya, dan perlahan ku buka kertas itu.
Untuk: Fasyaku
Assalamu’alaikum Sya…
Minggu depan saya tunangan dengan Rara. Maafin saya Sya.. sebenernya saya gak pernah setuju sama pertunangan ini. Saya masih ada rasa sama kamu Sya. Saya hanya terpaksa bertunangan dengan Rara, karena dia mengidap suatu penyakit yang sangat serius Sya. Tolong datang ke acaraku ya Sya..
Wassalamu’alaikum..
Dari: Karel
Aku menitikkan air mata setelah membaca surat itu. Aku tak kuasa untuk membendung air mataku lagi. Aku berjalan menyusuri lorong kampus, dengan keadaan berderai air mata.
Satu minggu telah berlalu, kini saatnya aku menghadiri acara pertunangan Karel dengan Rara. Aku mempersiapkan diriku serapih mungkin. Hari ini Noni akan menjemputku. “Hai Sya”. “Hai Non, sudah datang?”. “Sudah dong. Rapih banget Sya?”. “Emm? Kerapihan ya?”. “Ya gak juga sih, ya udah yuk, cepetan berangkat”. “Okeyy, tunggu di mobil saja ya Non”. “Siapp”.
Setelah selesai berdandan, aku segera menemui Noni di mobil. “Hai Non” ucapku sambil masuk ke dalam mobil. “Eh Sya udah selesai?”. “Udah lah, kalo belum ngapain aku kesini” ucapku menggurau. Suasana di dalam mobil sunyi senyap. “Sya, apa kamu yakin mau menghadiri acara itu?” ucap Noni memecahkan suasana sunyi itu. Aku hanya menolehkan kepalaku ke arahnya, dan segera menepikan mobilku. “Aku juga bingung Non. Apa aku kuat kalau ngeliat mereka berdua bertukar cincin?”. “Sudahlah Sya, kalau kamu gak kuat ya kita gak usah kesana”. “Tapi? Karel yang menyuruhku untuk datang Non” ucapku sambil menjalankan mobilku kembali. “Baiklah itu hak mu untuk memilih”.
Setelah sampai disana, aku langsung turun dari mobil dan segera masuk ke dalam. Sudah banyak orang yang datang. “Sya, sepertinya sudah akan dimulai” ucap Noni. Aku menarik tangan Noni, dan menggelengkan kepala. “Hai Sya!” teriak seseorang. Langkah itu mendekatiku, aku semakin gemetaran dibuatnya. “Hai Rel” suaraku bergetar. “Ayo masuk Sya, Non” ucap Karel renyah. “Iya Rel” jawab Noni mewakiliku. Aku, Noni, dan Karel pun masuk ke dalam gedung untuk melihat acara tukar cincin itu. Air mata sudah mulai berjatuhan ke lantai, tapi aku akan terus mencoba untuk bertahan.
Acara pun dimulai. Aku melihat semua itu dengan tegang. Saat Karel akan memakaikan cincin itu di tangan Rara, aku menangis tak kuasa. Aku segera berlari keluar gedung. “Fasya” panggil sahabatku Noni. “Kan aku sudah bilang, kalau tidak kuat tidak usah dipaksakan” ucap Noni. Aku hanya bisa menunjukkan wajah sembabku. Aku merasa lelah, dan Noni mengajakku untuk duduk di bangku. “Sebaiknya kau mengerti Sya” ucap Noni menenangkanku. “Mungkin! Sebaiknya aku mengerti semua ini. Karel hanya terpaksa bertunangan dengan Rara”. “Nah itu kamu tahu Sya. Sudahlah biarkan Karel pergi bersamanya. Kamu itu cantik, baik, pintar pula, pasti banyak lelaki yang mau denganmu Sya” ucap Noni. “Baiklah. Aku ingin pulang”. “Ayo”. “Tapi kau yang menyetir ya Non”. “Iya iya”.
Setelah hari itu, aku berhasil untuk mengikhlaskan Karel pergi bersama dengan Rara. Dan memulai hidup bahagia dengan tunanganku.. Danis
Cerpen Karangan: Putri Novitasari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar