Jumat, 15 November 2013

Cerpen - Sayap Malaikat Surga

Aku adalah seorang photographer sebut saja namaku Bagus, ini cerita sebelum aku masuk penjara. Aku pemuda yang sudah beristri, istri saya bernama Widia, aku dan dia menikah muda pernikahan kami sudah lumayan lama. Sebenarnya cerita ini bukan menceritakan kisah cintaku dan istriku, tapi kisah cintaku dengan Nurul, Nurul adalah model saya sekaligus kakak dari istri saya, tepatnya kakak kandung dari Widia. Dimanapun aku berada aku selalu bersama Nurul, karena dia model saya. Istri saya tidak mencurigai kita berdua, karena dia sudah percaya pada kita, karena dia fikir kita saudara ipar.
Entah kenapa aku bisa mencintai kedua kakak beradik itu, aku tidak mau kehilangan mereka karena bagiku mereka adalah jiwaku, begitu pula Nurul, dia juga sangat mencintaiku meskipun dia tau apa yang dia lakukan salah, dan pasti akan menyakiti adiknya sendiri, tapi itulah cinta yang bisa membuat orang bisa gila, dan mau melakukan apapun untuk seseorang yang dicintai.
Setiap aku mau pemotretan, aku selalu menjemput Nurul di apartemenya, karena dia tinggal sendiri di apartemen. Pada waktu itu aku dan Nurul akan melakukan pemotretan di sebuah hutan yang indah. Pagi pagi aku langsung menjemput Nurul, begitu dia membuka pintu untuku, dia selalu langsung memeluku sambil berkata “I love u”, dan menciumku, karena itu kebiasaan yang sudah kita lakukan dari dulu, setiap kali ketemu kita harus saling mengatakan kata sayang. Setelah dia menciumku aku pun membalas perkataanya “I love u too”, dan dia langsung bergegas menyiapkan barang barang yang akan dibawa ketempat pemotretan, lalu kita langsung berangkat.
Di jalan dia selalu menggenggam tanganku erat, sambil menaruhkan kepalanya di pundak ku, kita naik mobil hanya berdua, mesikpun aku agak keganggu waktu menyetir mobil, tapi aku mencoba mengabaikanya, karena mungkin ini waktunya aku hanya buat Nurul, karena sehari hari aku hanya dengan istriku, dan hampir 2 minggu aku tidak berjumpa dengan Nurul, mungkin dia merindukanku. Dia masih terus menggenggam tanganku erat, dan sempat berkata “jangan pernah tinggalkan aku, dan jangan pernah sakiti adik ku, aku menyayangi kalian berdua” aku pun langsung menjawab “I love u”, dia langsung memeluk erat tubuhku dan mencium pipiku.
Sesampai di tempat pemotretan kita langsung melakukan hunting, dia terlihat tambah cantik ketika selesai berdandan, seperti “MALAIKAT YANG LUPA MEMBAWA SAYAPNYA”. Pada saat kita asik pemotretan tiba tiba hujan turun dengan lebat, lalu kita membereskan peralatan dan lari menuju gubuk kecil disana.
Aku gemeteran kedinginan, karena saya hanya menggunakan kaos biasa, lalu tiba-tiba Nurul membuka jaketnya dan menaruhnya kepundaku, aku tak tega melihat nurul yang melepas jaketnya, aku pun langsung mengembalikanya, tapi nurul malah berkata “kamu kan kedinginan? itu pakai buat kamu aja”. Aku mengabaikan kata dari nurul, langsung kupakaikan jaket pada pundaknya. Lalu nurul tiba2 duduk makin dekat denganku dan membuka jaketnya lebar-lebar yang ditaruh di pundak kita berdua, sambil tanganya memeluku, akupun lalu mengecup keningnya, dan dia langsung mencium bibirku.
Setelah kita menunggu sekitar 2 jam an, hujan mulai reda, kami pun bergegas untuk pulang dan tidak melanjutkan pemotretan karena kedinginan dan capek. Di perjalanan pulang nurul selalu menggenggam tanganku dan tak pernah dilepaskan, terkadang dia mencium pipiku. Setelah sampai di apartemen, aku mengantarkan Nurul masuk ke dalam, menyuruhnya untuk istirahat, lalu aku langsung pulang. Waktu aku di depan pintu untuk keluar, Nurul sempat memanggilku, aku langsung menolehnya tiba tiba nurul berlari dan langsung memeluku sambil berkata “Jangan tinggalin aku”, “tapi aku harus pulang, Widia menungguku” sahutku, lalu aku mencium keningnya dan langsung pergi.
Setelah sampai di rumah widia telah menungguku, langsung tanganku dicium serta kucium keningnya. aku sangat menyayanginya, tapi aku bingung, aku mulai merasa cemas bila apa yang telah kulakukan diketahui oleh widia, aku tak mau menyakiti hati widia. Pernah juga terbesit di benaku untuk meninggalkan nurul, tapi aku tak tega.
Suatu saat aku datang ke rumah Nurul sendirian, aku ijin pada istriku untuk melakukan pemotretan, tapi sebenarnya aku sedang off, aku merasa kasian dengan nurul yang sendirian di apartemenya. Setelah aku sampai disana tidak lupa nurul langsung memeluku sambil bilang “I love u”, aku pun menjawab “I love u too”, lalu kami melakukan hubungan. setelah kami selesai melakukan, kita rebahan dan nurul menaruh kepalanya didadaku, tiba tiba nurul berkata “Aku telah hamil, di dalam kandungan ini anakmu”, akupun langsung kaget “haaah, tidak mungkin, bisa saja itu anak orang lain, aku tidak percaya” dengan nada kerasku. Nurul pun menjawab “tapi ini benar-benar anakmu” dan sambil meneteskan air mata “demi Tuhan, Aku melakukan s*x hanya denganmu, aku tak pernah melakukan dengan orang lain, selain denganmu”, aku tambah marah, tanpa sadar kutampar dia “aah itu bukan anakku, carilah papa dari anakmu sebenarnya”, dia terus menangis “kamulah bapaknya”. Aku tambah marah “tidak mungkin”, entah kenapa aku langsung mencekiknya, karena yang aku pikirkan hanya takut perselingkuhanku tau sama istri dan mertuaku. Dia terus saja menangis sambil berkata “ini benar-benar anakmu, I love u” akupun tak mengabaikan perkataanya, karena saat itu yang ada hanyalah luapan emosi. ketika kucekik, yang aku herani nurul tak memberontak sama sekali. Tiba-tiba aku tersadar kini Nurul telah meninggal, aku langsung bergegas meninggalkanya, dan mencoba memberantakan semua isi rumah, untuk mengelabuhi polisi agar dikira perampokan dan pembunuhan.
Setelah beberapa jam polisi datang, karena pelayan dari apartemen menelfon mengetahui adanya mayat, aku langsung datang dan pura pura menangis sedih, Nurul langsung dibawa ambulan. Aku langsung ditanya-tanya dengan polisi tersebut, “apakah anda saudara dari Nurul?”, “iya pak, tepatnya adik ipar”, polisi menanya lagi, “apa saudari nurul punya musuh, ataupun orang yang membenci?”, “tidak pak, nurul orang yang baik hati, jadi tidak mungkin dia punya musuh” lalu polisi itu benar-benar yakin, bahwa ini perampokan, bukan pembunuhan. Ada salah satu polisi yang masih curiga, mengapa perampokan, tapi tidak ada barang yang hilang, kemudian polisi minta ijin untuk meriksa tas saya, karena polisi yang ini mencurigai saya yang agak bertingkah aneh, polisi memeriksa isi tas saya dan menemukan peralatan pemotretan, lalu dia bertanya “apakah anda photographer?” “iya pak”, sahutku “tapi kenapa anda tidak membawa kamera, sedangkan peralatan yang lainya ada” ternyata aku lupa, kameraku tertinggal di apartemen nurul kemarin, polisi bertanya lagi, “apakah ini kameramu?”, “bener pak, saya lupa kemarin membawanya”, “apakah anda bersedia memberikan isi dari camera anda” kata polisi, “silahkan pak”. saya berpikir di dalam camera itu tidak ada yang bisa membuktikan. Akhirnya semua isi foto dalam kameraku dicetak, ternyata hasilnya Cuma foto-foto Nurul, tapi semua foto itu sama, dengan perbedaan yang tipis yaitu pada mimik bibirnya.
Aku pun mencoba menata foto-foto tersebut dari file pertama sampai terakhir, ternyata saya buka berurutan isi dari foto itu adalah bibir Nurul yang berkata “I love u”, dan dari situ aku mulai meneteskan air mata sebenarnya, aku merasa menyesal telah melakukan ini, aku pun benar benar kehilangan orang yang benar-benar tulus menyayangiku, lalu aku menyerahkan diri ke polisi, bahwa aku adalah pembunuhnya. Sesaat itu polisi mendapatkan telfon dari Rumah sakit yang menangani Nurul, sebenarnya nyawa Nurul masih bisa diselamatkan, kalau saja pelaku langsung membawanya ke rumah sakit, sebenarnya waktu di TKP Nurul masih bisa bertahan, dia meninggal setelah sampai di Rumah sakit. Mungkin beda kalau saja Bagus langsung membawanya ke rumah sakit, nyawanya masih bisa tertolong. Kata Dokter yang memeriksa Nurul “Saya pikir mungkin nurul sengaja melakukanya, karena dia tau kalau dia buka mulut, orang yang disayanginya akan sengsara”. Setelah mendangar kata dari dokter tersebut aku langsung menjerit memanggil nama Nurul, “Aku menyesal, maafkan aku Nurul, I love u” sambil terus menangis meratapi penyesalan yang telah kulakukan.
Akhirnya akupun dipenjara, dan sekeluar aku dari penjara tempat yang pertama kali aku kunjungi adalah Makam Nurul, aku terus meneteskan air mata di makam nurul.
“KAMU ADALAH MALAIKATKU, MUNGKIN KAMU DISURGA UNTUK MENGAMBIL KEDUA SAYAPMU yang KAMU LUPA BAWA SAAT KAMU HIDUP”
Cerpen Karangan: Dewan Mahardika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar