Sabtu, 16 November 2013

Cerpen - Kenangan Waktu Lalu

Suasana kelas yang sepi, di sekitar sekolah hanya ada beberapa murid saja yang terlihat. Memang tidak seperti biasanya, hari ini aku berangkat pagi sebab dimarahi guru salah satu mapel kejuruan karena selalu telat.
“mumpung kelas sepi, belajar dulu ah? Biar pintar” teriak dalam hatiku, sambil membuka buku pelajaran yang sebenarnya itu pr di rumah aku kerjain di sekolah.
Beberapa menit kemudian, datang beberapa siswa
“assalamualaikum, ehh.. Ada si riqi, Tumben berangkat pagi” salam dan tanya si uki, dia murid paling pintar sekelas sekaligus ketua kelas. “biasa ajalah” “hahaha.. Gue tau? Gara-gara kamu sering telat terus dimarahi sama pak pri ya? Wkwkwk” “hah.. Kamu ini tertawa di atas penderitaan orang lain” “gak papa.. Aku tau kok? Kalau kamu sebenarnya rajin tapi salahnya males!
Wkwkwk” “hah.. Udahlah mending bantuin aku ngerjain pr ini?”
“enakan kamu dong? Gue aja belum selesai” “baru dapat berapa lembar?” “baru 3 lembar” “aku masih 2 lembar” “ya udah kita selesain aja, gue juga mau nyelesain”
Beberapa menit kemudian, seluruh siswa sudah datang! Suasana pun jadi gaduh kayak pasar ikan!
“riiiq” suara itu hampir memecahkan gendang telingaku “apaaa?” “minta no hp dong” pinta ika, dia adalah murid siswi yang menurutku sih agak cerewet tapi baik padaku! “08993697xxx udah..” “thanks” tak lama kemudian guru ku pun masuk! Dan memeriksa tugas dari para murid dan mengatakan bahwa hari ini ke lab komputer untuk mensimulasikan program! Setelah guru menjelaskan tugasnya kami pun menuju kesana!
Ada banyak murid yang kesusahan dengan tugasnya, Yang bisa pun disuruh pak guru untuk mengajari yang tidak bisa!
“riq sini”
“riqi apa rika”
“iya kamu riqiii”
“apa”
“nih? Aku nggak bisa ini” tanya ika
“gini lho caranya” akupun menjelaskan! Beberapa menit kemudian ada yang menggoda?
“cie-cie riqi” ucap salah seorang temanku? Dan teman lain yang ikut melihat
“apa sinta” sahutku
“gak usah gemetaran kalau lagi duduk ma ika”
“hah siapa gemetaran”
“e e e sini dong riq jangan jauh-jauh” ucap ika
“tuh kan, lagi pedekate ya ka?” goda sinta
“udah riq nggak usah diladenin si sinta” ucap ika
“hmm..”
“ehh? Riqi kok malah gitu sih? Jangan-jangan kamu h*mo ya?” ledek sinta
“hah.. Kagak dong aku kan orang yang taat pada agama? Soalnya zina itu ada zina mata, telinga, hidung, hati, dll. Jadi harus hati-hati hihihi”
“haha.. Lebay”
“biarin, asal lebay positif”
“modus..”
“-___-”
“kamu sin? Jangan gitu dong! Diakan anak alim” bela ika
“aku tau? Tapi kalau kamu kayak gitu, kan sama aja menjerumuskan dia dalam lembah berlumur dosa” bantah sinta dengan santai
“aku kan minta diajarin!!!” gereget ika
Jam demi jam berlalu, Kami pun pulang..
Hari demi hari berlalu
Sepertinya ika punya perasaan yang spesial padaku, bulan demi bulan berlalu.
Waktunya menghadapi ujian semester.
Hari ini pelajaran matematika agak sulit bagiku, tapi aku nggak akan melakukan jalan pintas untuk mengerjakannya. Bel pun berbunyi seluruh siswa memasuki kelas
“heh.. Uki no 7 sampai 30″ ucap salah satu temenku
“iya bentar lagi ngerjain, diam dulu bisa nggak sih?” ucap kesal uki
Kemudian ada salah seorang temanku yang berbicara padaku “heh.. Kamu kagak nyontek si uki”
“kagak?”
“nanti nilai lho jelek rasain ya”
“udahlah biarin aja kali, riqi itu jujur nggak kayak kamu?” sela ika
“iyah..”
“bagaimanapun juga? Kita adalah teman meskipun jalan kita berbeda, akhirnya akan bertemu di satu titik juga” selaku
“dan titik pertemuan itu adalah antara aku dan kamu yang hidup bakal hidup bersama dalam suka dan duka” goda ika
“gak usah aneh-aneh ka”
“…” ika lalu diem!
Pagi itu mulailah ada hal yang semakin aku khawatirkan, sepertinya sih?
Kelakuannya pun masih berlanjut di hari berikutnya sampai pada bulan berikutnya yang mencapai puncaknya!
Hari itu jam pelajaran kosong dan hawanya cukup panas karena memang sudah siang..
“riq aku mau bicara sama kamu” ucap ika
“apa?” ucapku
“aku suka sama kamu dari dulu mau nggak jadi pacarku” pinta ika
“hah?” aku pun keheranan, beberapa temenku yang lain pun mengikuti untuk meramaikan suasana, beberapa temenku pun ada yang bilang
“udah terima aja lo kan kagak pernah pacaran?”
“tolak aja, harga diri coy, masak second dipasangin sama original”
“cie cie si ika”
Aku lihat di sekelilingku ada wajah cemburu, ada wajah ceria, ada wajah bengong ada wajah cuek
Tiba-tiba ada 3 orang temanku yang pergi keluar kelas untuk menuju ke kantin. Salah satu dari mereka pun mengajakku
“riq ayo ikut ke kantin, agak panas nih” ucap uki
“oke” jawabku, dalam hatiku berkata untung ada yang ngajak!
“riqi kok kamu pergi sih?, jawab aku dulu dong” teriak ika
“hehehe, aku mau ke kantin dulu.. Kapan-kapan aja ya?”
“loh kok kapan-kapan”
“ok dadah..”
“haaa riqiiii”
Aku pun beranjak menuju teman-temanku, dan pergi makan-makan.
Pembicaraan di kantin pun seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa namun mereka seperti menyembunyikan sesuatu? Salah satu temanku uki pun mengatakan..
“riq sini aku kasih tau sesuatu yang belum kamu tau”
“apa itu”
“lebih baik nggak usah terima ika, dia itu banyak banget pacarnya tapi udah diputus, hehehe”
“yah.. Kalau gitu kan mantan pacarnya yang banyak!”
“iya.. Tapi ada yang lebih buruk lagi dari itu”
“apa itu?”
Si ukipun menerangkan secara detail tentang kehidupannya aku pun kaget. Setelah itu kami pun pergi ke kelas dan berniat untuk pulang sekolah karena pelajaran memang dari tadi kosong. Yah aku pun tidak ambil ragu dan langsung mempercayai mereka, sebab aku sudah sangat mengenal kehidupan mereka dan aku tidak tahu tentang kehidupan ika di luar sekolah, tentang bagaimana pola tingkahnya
Saat itu pun aku sms dia, tentang ungkapan penolakanku padanya, tapi sebenarnya dia tidak terima.
4 bulan berlalu..
Pada saat liburan.
Tepatnya hari sabtu saat menuju ke sekolah uki temanku dia kecelakaan. Kakinya hampir patah..
Dan butuh waktu lama agar ia dapat sembuh seperti semula.
Tahun ajaran baru dengan wali kelas baru pun telah dimulai, aku ditunjuk sebagai calon ketua kelas. Entah mereka semua mayoritas memilihku. Terpaksa dah..
Hari itu adalah tantangan baru bagi diriku, karena secara otomatis aku harus memberikan contoh yang baik dan berlaku adil serta baik, mengerti, dengan seluruh teman yang ada di kelasku
Hari itu pun mulai terjadi, ika, likha dan nita jarang masuk sekolah, terutama ika. Mungkin seminggu paling banyak hanya 4 kali.
Pagi itu aku berpikir mungkin jika ada uki, dia akan cepat menyelesaikan hal ini.
Tiba-tiba “assalamualaikum” suara itu, ternyata benar dia memang uki yang sedang berjalan dengan tongkat penyangga, aku pun langsung menjawabnya “wa’alaikumsalam, gimana kabarnya hee” ucapku
“lumayan baik pak ketu” jawabnya
“heh.. Jangan panggil gitu dong! Itu wujud penghinaan atau pujian”
“dua-duanya”
“hmm, heh gimana pas di rs”
“lho pasti kagak bakalan nyangka perawatnya cantik banget lho, tapi yang bikin gue malu. Gue disuruh telanjang” ucapnya
“yang bener?”
“yah.. Waktu itukan pas dironsen buat nganalisa tulang”
“hahahaha..” sontak aku tertawa, kami pun bercanda ria melupakan sejenak masalah…
Saat itu juga aku mendapat kabar buruk dari temanku yang lain bahwa ika dan likha mengalami kecelakaan. Katanya di ugd, namun hari itu aku tak sempat menjenguknya. Dan di 2 hari berikutnya. Beberapa dari kami menjenguk mereka berdua, kata salah satu temanku mereka sudah ada di rumah.
Bersama dengan wali kelas kami menjenguk mereka di rumahnya, namun sial di tempat pertama likha nggak ada di rumah katanya sih ke tukang pijit. Lalu kami melanjutkan untuk pergi ke rumah ika lebih jelasnya rumah yang dia tempati bukan rumah orang tuanya. Setelah berada di tempat itu kami pun menemuinya
“assalamualaikum” ucap temanku
“wa’alaikumsalam” jawab ika
“ehh kok ada toriq, ada pak sofyan juga. Silahkan masuk” sambil ia berjalan agak pincang
Kami berbincang ini itu, Setelah selesai kami pun pamit pulang namun sebelum itu aku berdialog dengannya sesaat setelah pak sofyan dan yang lain berada di luar halaman.
“ika, aku ingin bertanya, apakah kamu benar mencintaiku”
“tentu saja untuk apa aku bohong, tapi kenapa kamu menolakku”
“sekarang aku mengerti bagaimana kehidupanmu dan posisimu saat ini”
“lalu..”
Sebelum menjelaskannya aku pun berpikir dan mengingat sebuah hal
Memori itu tiba-tiba keluar yaitu perkataan guru-guru terhadapnya
“kalau memang tidak bisa dibina lebih baik dibinasakan saja, dari pada mempengaruhi murid yang lain” kata guru kejuruan
“orang yang tidak baik bukan berarti ia memang tidak baik, mungkin ada alasan tertentu kenapa dia seperti itu. Tapi bukan berarti orang yang punya tabiat jahat itu tidak ada” kata kepala sekolah
“bagaimanapun keburukan dia, dia adalah teman kita. Jadi sudah seharusnya kita membantunya bukan malah menjauhinya” kata wali kelasku
Sejenak aku berpikir bagaimana kalau aku jadi dia, tanpa ada kasih sayang orangtua karena orangtuanya bercerai. Dan harus mengurusi adiknya sendirian di rumah yang ia tempati juga kehilangan orang yang ia sayangi. Apakah aku akan jadi seperti ini. Mungkin saja iya jika tidak ada teman menyemangati dan membantuku
“jika aku menolakmu bukan berarti aku tidak suka denganmu? Akan tetapi ini bukan cara yang benar untuk memberikan rasa itu, dengarkanlah jika kita jodoh tuhan akan mempertemukan kita lagi, bukan di hari ini tapi di masa depan melalui ikatan yang sah” ucapku kepadanya, sejenak dia pun merenung dan berpikir, lalu aku mengatakan sebuah perkataan lagi
“jangan putus asa ya? Ingat di luar sana masih banyak orang yang lebih menderita darimu”
Nasehatku dengan senyuman, dia pun sepertinya sudah merasa tenang. Aku lalu pamit pulang. Tapi aku malah merasa seperti sebuah perpisahan namun perasaan itu kuabaikan. Beberapa hari kemudian dia masuk dan bersikap seperti biasa kepada teman-teman.
Namun setelah lewat seminggu, Dia jarang masuk lalu aku dapat kabar bahwa dia keluar dari sekolah ini. Perasaan yang kuabaikan itu pun ternyata benar. Aku gagal dalam usaha membangkitkan semangat temanku
Masih tersisa selembaran kenangan saat masih ada dia. Namun harus bagaimana lagi, mungkin itu sudah takdir bagi jalannya, aku tidak bisa membantu lebih jauh lagi. Mungkin aku gagal tapi setidaknya aku telah berusaha.
Setelah kejadian itu seluruh teman-teman kelasku tidak ada yang tahu dia sekarang dimana? Kuharap dia baik-baik saja..
Kupandangi langit, hatiku berucap inilah kehidupan. Tak segalanya berjalan lancar sesuai dengan harapan
Cerpen Karangan: Muhammad Toriq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar