Jumat, 15 November 2013

Cerpen - Love, Come and Gone

Telah lama aku mengenal dirinya, namun entah mengapa, tak disangka-sangka pada hari senin itu dia terlihat begitu cantik dan menarik diriku. Oiya, sebelumnya perkenalkan namaku alex, aku masih duduk di bangku sma percontohan di kelas x tepatnya. Ketika melihatnya hari senin itu, hatiku jadi berdebar-debar, dan sangat susah untuk mengungkapkan apa yang kurasa saat itu, namun aku tau, bahwa yang kurasa itu adalah “jatuh cinta”.
Namanya indah, dia sekelas denganku di sma percontohan, aku pun baru menggenalnya sejak masuk di sma tersebut. Pertama kali aku berkenalan dengan dirinya, tak ada yang terlalu spesial darinya yang dapat menarik hatiku. Memang sih, banyak kawan-kawanku yang bilang kalau dia itu manis dan baik budi serta akhlaknya.
Pada senin itu, sekolahku sedang mengadakan lomba tingkat kota, yang mana aku menjadi panitia sedangkan ia menjadi pesertanya. Pada awalnya (mungkin lebih tepatnya pada senin paginya ya) kami yang berpas-pasan lewat hanya bisa malu-malu kucing, entah kenapa, tidak biasanya aku seperti itu kepada dirinya. Dan entah mangapa ketika aku mengurus bagian di seksi konsumsi aku malah kepikiran akan dirinya…
Hingga akirnya ketika dia dan grupnya tampil, aku hanya melihat dan menyaksikan dirinya dari bawah lampu sorot yang terang benderang dengan sesakma. Entah kenapa pula, aku senyum-senyum sendiri melihat dirinya yang sedang tampil. Hingga akhir penampilannya, aku pun berbincang satu kata pun kepadanya, biasanya sih aku gak terlalu memikirkannya, namun apa daya, kalau semua sudah “jatuh cinta” mana kepikiran lagi yang kaya gituan.
Jam di tangan pun sudah menunjukan pukul 1 siang, dimana itu adalah waktu untuk ishama (istirahat, shalat dan makan) bagi seluruh peserta, penonton, maupun panitia. Karena aku panitia bagian konsumsi, akupun menggontrol pembagian makanan kepada peserta dan penonton. Saat itulah aku berpapasan lagi dengan dirinya, tampa membuang waktu, aku pun berkata pada indah,
“sombong ya… Mentang-mentang udah tampil, udah sombong…”
“jeeh? Alex tu yang sombong, mentang-mentang jadi panitia…” kata indah sambil melangkah pergi mengikuti kawan-kawannya yang lain, aku hanya bisa membalasnya dengan senyum khas dari diriku.
Ketika semua peserta dan penonton telah mendapatkan makanan, sekarang girilan kami panitia untuk makan. Aku pun pergi mencari tempat untuk makan bersama kawan-kawanku. Baru saja aku akan memasukan suapan terakhir dari nasiku, handphoneku pun bergetar menandakan pesan masuk, aku pun membaca pesan tersebut
“kyknya enak nie makannya…”
Pengirim: indah (08xxxxxxxxxxx)
Akupun menaruh kembali nasi yang hendak ku masukan ke dalam mulutku itu, aku bangun dan melihat sekeliling ku, untuk memastikan dari mana di melihat diriku, namun, karena tak kunjung nampak batang hidungnya itu, aku pun membalas smsnya
“indah dimana? Kog bisa tau?”
Kepada: indah (08xxxxxxxxxxx)
“thulah… Alex dah sombong…Bilangin indah pulak lagi yang sombong… Indah di belakang alex nie”
Pengirim: indah (08xxxxxxxxxxx)
Tampa membuang waktu langsung aku menghampiri indah yang ternyata ada di belakangku, aku pun membawakan dia sebuah kotak
“sorry ya, indah telat kali bilangnya, nasinya udah aku habisin, nie aku masih ada kue kotak, mau?” kata ku sambil menyodorkan kue kotak itu kepada indah,
“gag apa-apa alex, tadi cuma mau tes alex aja…” kata indah sambil senyum-senyum kepadaku,
“jiaah, kalau gitu, pegangin kotak ini bentar dong, aku mau ikat tali sepatu” kata lu sambil memberikan kotak itu kepadanya,
Dan ia pun langsung menerimanya. Setelah aku selesai mengikat tali sepatuku, indah pun mulai menyodorkan kue kotak yang kuberi sambil berkata
“ni alex, kue kotaknya”
“eiit! Barang yang sudah di terima tak dapat di kembalikan” balasku,
“hah?” jawab dia binggung,
“itu untuk indah kok” jelasku kepadanya,
“tapi kita makan berdua ya?” ajak indah,
“boleh, di warung kopi depan situ aja mau?” balasku
“ayuuuk” jawab indah
Kami pun pergi berjalan ke arah sebuah warung kopi yang sudah di lengkapi dengan wi-fi. Setibanya kami di warung kopi tersebut, kami pun mulai duduk di meja nomor 29. Baru saja kami duduk, sang pelayan warung kopi tersebut langsung menanyakan mau pesan apa,
“fruit tea rasa anggur satu ya,” kata ku pada pelayan tersebut
“indah sama dengan alex ya pesannya” kata indah
“berarti fruit tea rasa anggurnya dua, ada lagi yang mau di tambah?” tanya pelayan tersebut”
“tambah kue-kue’nya ya,” jawabku
“baik, harap tunggu sebentar” kata pelayan tersebut sambil meninggalkan kami.
Suasana di meja 29 pun sempat hening, namun tiba-tiba kami berkata
“jadi…”
Belum sempat kami melanjutan omongan kami, kami malah ketawa dan saling senyum karena kebetulan sama-sama mau ngomong.
“ya udah, alex aja yang mulai ngomong” kata indah sambil sesekali ketawa kecil.
“no no no, tadi alex liat luan mulut indah gerak mau ngomong, berarti indah duluan” balasku sambil sesekali tersenyum.
“yakin nie?” tanyanya
“yakin lah! Untuk indah apa yang enggak!” jawabku dengan nada sedikit menggodanya.
“jadi menurut alex, penampilan indah bagus gak tadi?
Belum sempat ku menjawabnya tiba-tiba sang pelayan yang tadi datang membawakan dua botol fruit tea rasa anggur dan kueh-kueh yang kami pesan tadi.
“ya, makasih ya” ucapku sambil tersenyum kepada pelayan tersebut, namun ia hanya menggangguk dan kemudian pergi kembali meninggalkan kami.
“gimana alex? Bagus gak tadi penampilan indah?” tanyanya kembali,
“baguslah, dari awal aku lihat penampilan indah udah bagus kali tu” pujiku kepadanya
“makasih ya” jawabnya sambil tersenyum kepadaku,
“iya, sama-sama” jawabku sambil membalas senyumnya.
Baru saja aku mau menanyakan sesuatu kepadanya, tiba-tiba terdengar lagu green day – basket case dari handphoneku yang berarti ada seseorang yang menelponku,
“bentar ya” mintaku kepada indah
“oh,iya,” jawabnya
Langsung aku bangun dari dudukku di kursi itu untuk mudur beberapa langkah ke belakang untuk mengangkat telpon tersebut,
“ya, halo, assalamu’alaikum?” ucapku
“wa’alaikum salam, lagi dimana lex?” jawabnya,
“lagi di warung kopi, kenapa? Ini siapa?” tanyaku
“ni aku danu, bisa balik ke sini lagi gak lex? Ni acaranya udah mulai” jawabnya yang ternyata adalah danu kawanku.
“oiya! Tunggu bentar ya, aku gak lama lagi ya kesana” jawabku
“cepat ya! Assalammu’alaikum!” tutupnya yang belum sempat aku menjawab salamnya.
Aku pun langsung duduk kembali di kursiku tepat berhadapan dengan indah, aku pun berkata padanya,
“indah mau pesan apa lagi? Biar aku yang bayar” kataku kepadanya
“gak apa-apa kok, ini aja” jawabnya
“eh alex, aku tadi di sms nie, katanya di minta balik ke gedung tadi lagi, yuk balik yuk? Ajak indah
“boleh, ayuk, bentar ya, aku bayar dulu,” kataku padanya sambil berjalan menuju kasir
“eh alex, gak apa-apa, biar aku aja” ucapnya mau menyusulku,
Aku pun berbalik badan dan hampir menabrak dirinya, sambil berucap “udah, aku aja yang bayar, kan aku yang ngajak ke sini” ucapku sambil langsung ke kasir
“makasih ya!” ucap indah ketika kami jalan bersama menuju ke gedung tersebut, “gak apa-apa kok” jawabku,
Jam di tangganku sudah menunjukan jam 17:45, acarapun sudah selesai, kami para panitia pun sudah selesai membereskan apa yang di perlukan. Namun, hujan dengan tak sabaran langsung membasahi bumi dengan derasnya, sungguh diluar perkiraan kami kalau akan ada hujan hari ini. Aku pun mengeluarkan jaketku dari ransel yang ku bawa, aku pun langsung memakainya untuk meringgankan udara yang dingin ini.
ketika aku sedang berbincang-bincang dan sekalian berjalan menuju ke luar gedung dengan danu dan zahlul kawan sohibku, aku melihat indah sedang berdiri di teras gedung tersebut sambil melipat tangannya di dada seakan sedang kedinginan. Melihat gadis yang baru saja menarik hatiku itu, aku pun dengan spontan berkata kepada zahlul “zahlul, pengangain tas aku bentar ya” ucapku tampa menunggu jawabannya aku langsung memberikan tasku kepadanya dan aku langsung berjalan sambil membuka jaketku.
ketika aku sudah berada di belakang indah, aku pun langsung memakaikan jaketku ke bahunya sambil berucap “pake aja jeket aku, supaya gak terlalu dingin”
“eh, alex, makasih ya” jawabnya kaget dan spontan pipinya mulai memerah,
“cieee cie… Cie… So sweat…” sorak dan ulok danu dan zahlul dari pintu masuk gedung yang kedengaran sampai ke tempat kami
“apaan sih kalian?” kataku pada mereka berdua
“romantis banget nie abang kita” ulok si zahlul
Melihat pipi indah yang semakin merah, aku pun berkata padanya “udah, gak usah di peduliin kali mereka…” kataku padanya
“i..I..Iya,”jawabnya terputus-putus
“gak ada yang jemput ?” ucapku padanya
“ada, oh itu udah di jemput” katanya sambil melihat ke mobil daihatsu terrios warna merah.
“tit tit” kelakson mobil itu yang sekaligus berenti tepat di depan indah,
“alex, aku duluan ya,” katanya sambil membuka pintu mobi,
“ya, hati-hati ya” balasku
“eh, ini jaketnya?” tanyanya sudah berada di dalam mobil
“pake aja dulu, besok aja indah balikin, hati-hati ya” ucapku sambil tersenyum kepadanya
“makasih ya alex, dah” lambai indah yang disertai senyumnya.
Aku pun pulang dangan zahlul menaiki motor yamaha byson-nya. Zahlul ini adalah kawan dekatku, yang mana rumahnya masih merupakan tetangga 30 rumah serong kanan dari rumahku.
Setibanya di rumah, handphone ku menerima sms dari indah, yang isi pesannya:
“alex, bsk kita jumpa di ts(taman sari) jam 5 sore ya, indah mau balikin jeketnya alex nie, sekalian mau jln2 dgn alex”
Pengirim: indah (08xxxxxxxxxxx)
Akupun membalas pesannya:
“ok indah ?”
Kepada: indah (0852xxxxxxxxx)
Hari senin pun berlalu, sekarang adalah hari selasa yang mana cuacanya berawan dan berangin yang lumayan kencang. Hari ini aku tidak sekolah, ya, soalnya hari ini adalah hari libur nasional. Aku pun beristirahat dan bersantai ria sepanjang pagi hingga siang tiba. Pada siang yang tak terlalu terik itu, terdengar suara motor byson yang berhenti di depan rumahku, yang ternyata adalah zahlul. Dia pun langsung memakirkan motornya di halaman rumahku dan langsung berjalan menuju kedepan pintu rumahku.
“tok tok tok… Alex!” panggilnya
“iya-iya, masuk aja, gak dikunci kok pintunya” teriakku dari arah belakang rumahku sambil menuju ke pintu rumahku
“assalammu’alaikum” ucapnya sampil memasuki rumahku
“wa’alaikum salam, ada apa lul? Gak biasanya siang-siang gini ke rumah aku?” tanyaku
“gak ada, cuma mau ajak lu ke rumah danu aja, by the way, boleh duduk gak nih?” tanyanya sambil jempolnya menunjuk kursi yang ada di belakangnya.
“ck! Sok baru ke kenal dari rumah ni aja lu! Dah, duduk aja terus!” ucapku
“he he he” tawanya
“udah tanya dengan dia ngak? Ada dia plus ada siapa aja di rumahnya?” tanyaku
“tenang aja, barusan aku sms dia, katanya datang aja, cuma ada dia plus pembantunya kok di rumahnya!”
“hmm… Oke lah! Lu tunggu aja dulu di kamar aku, aku mau mandi pagi bentar nih!” ucapku sambil menyuruhnya masuk ke kamarku.
“gile, jam 1 siang gini lu bilang mandi pagi? Apa kata soimah?” jawabnya
“ha ha ha ha, biasa aja kali… Kan liburan… Lu pasti pernah juga kan?” tanyaku,
“ha ha ha ha, iya sih, udah lu mandi aja terus!” ucapnya kepadaku
Aku pun sudah siap mandi, sekarang kami akan berangkat ke geucu, tepatnya rumah si danu. Sesampainya di rumah danu, kami pun langsung menuju ke kamarnya, maklum, karena dah kelewatan dekat, jadi kaya’ gini.
“aku tebak dia pasti lagi main x-box!” ucap zahlul
“yuk kita liat!” jawabku
Tanpa di suruh masuk dan mengetok pintu, kami langsung membuka pintu kamarnya dan masuk bersamaan.
“ba! Assalammu’alikum!” ucap aku dan zahlul bersamaan yang mengagetkan danu.
“ya allah! Kalian tho! Kayaknya kalian senang kali bikin kaget aku!”
“ha ha ha, sorry dan, bercanda” ucap ku
“betul kan apa yang aku bilang!” ucap zahlul
“apanya betul?” tanya danu kebigungan
“iya-iya, tebakan lu emang betul…” jawabku.
Kami pun bersantai ria di kamar danu yang lumayan lengkap fasilitasnya, tak lupa, kami pun bercerita, bermain-main, sambil ketawa-ketawa tak menentu di kamarnya. Hingga kuliat jam yang ada di kamarnya sudah menunjukan pukul 4 sore.
“bro, aku pulang duluan ya!” ucapku pada mereka
“ngapain lex? Nge’date’ ya?” ucap danu
“ha ha ha ha, tau aja lu!” jawabku
“aku kan smsan juga dengan si indah…” jawabnya
“cie cie cie… Alex dah mulai nge’date’ nie… Cie cie…” sambung si zahul
“he he he, do’ain lancar ya!” ucapku sambil tersenyum kepada mereka
“semoga sukses ya alex!” ucap mereka berdua
“yup! Makasih ya!” jawabku sambil beralu meninggalkan kamarnya.
Jam sudah menunjukan pukul 16:30, aku yang sudah siap memakai pakaian langsung menuju ke taman sari menaiki motor bajaj – pulsar. Sesampinya aku di taman sari, aku langsung memakirkan motorku dan langsung mencari tempat yang nyaman untuk menunggunya. Waktu pun berlalu, jam ditanganku kini menunjukan pukul 17:05, namun belum ada kabar darinya, aku hanya berpikir yang positif saja, jadi ku pikir ia sedang di jalan, jadi kurasa tak perlu kutelpon dulu.
Waktu yang takkan berulangpun berlalu, aku kini masih menunggunya, walaupun jam di tanganku sudah menunjukan pukul 17:30, namun masih belum ada kabar darinya. Lalu aku pun berniat menelponnya, namun hasilnya nihil… Tak ada jawaban darinya. Aku hanya bisa menunggu, ya menunggu… Sesuatu yang sangat menyebalkan bagiku, saatku harus bersabar dan bersabar, menantikan kehadiran dirimu, entah sampai kapan aku harus menunggu yang mana menurutku itu adalah sesuatu yang sangat sulit untuk ku jalani, dikarenakan aku disini sepi tampamu…
Sekarang sang waktu sudah menunjukan pukul 17:55. Aku pun mulai gelisah di buatnya, segera ku raih handphoneku dan ku telpon dirinya… Namun tak ada yang menganggkatnya! Aku pun kembali menelponnya, namun hasilnya sama saja… Tak ada yang mengangkatnya. Akirnya ada yang mengangkatnya, setelah berkali-kali kutelfon.
“halo assalammu’alaikum” ucapku begitu ada yang mengagkatnya
“wa’alaikum salam, maaf, anda siapa dan ada keperluan apa ya?” tanyanya yang mana yang mengangkatnya bukan suara indah.
“saya alex, temannya indah, indahnya ada?” tanyaku kepada orang yang memengang handphone si indah
“maaf, kawan mas tadi ditabrak lari di sekitaran darusalam, sekarang ia akan dioprasi di rumah sakit zainal abidin”
“apa?! Ketabrak? Saya akan segera kesana!” ucapku yang kaget tak disangka.
Seketika itu juga aku langsung memacu motorku tanpa menghiraukan berapa kecepatn yang telah kuraih untuk ke rumah sakit tersebut! Aku begitu tak menyangka, kalau ternyata akan begini jadinya! Sesambil memacu motorku, tak disangka-sangka air mataku tiba-tiba terjatuh ke pipiku membayangkan apa yang terjadi pada indah, gadis yang baru saja menarik hati dan rasa cintaku kepadanya.
Aku pun tiba di rumah sakit tersebut, dan lagsung memakirkan motorku yang tak jelas posisinya. Aku pun langsung bertanya kepada perawat yang ada di situ, tentang seorang anak gadis yang baru saja di tabrak lari. Dan akirnya ada seorang perawat yang membimbingku menuju ke ruangan igd, yang mana di ruangan itu aku juga melihat abang dan kakak dari indah, yang sedang menunggu tak sabaran. Akupun hanya berdiri dan mondar-mandir tak jelas yang disertai kegelisahan yang mendalam.
Tiba-tiba datang danu dan zahlul yang berniat melihat kondisi indah dan memberiku semangat. Mereka juga memberi tauku kalau kedua orang tua indah tadi pagi baru saja keluar kota. Tak lama setelah danu ddan zahlul datang, terdengarlah suara pintu ruang oprasi igd terbuka. Seketika itu juga kami semua yang menunggu-nunggu adanya kabar dari dalam langsung menuju ke seorang bapak-bapak yang memakai jubah putih khas dokter.
“dokter gimana kabar adik saya?” tanya abangnya indah tak sabaran
“dia baik-baik aja kan dok?” lanjut kakaknya indah
“mohon maaf, kami sudah berusaha, namun kami tak dapat melawan kuasa tuhan, sekarang adik indah sudah tiada” ucap sang dokter berwibawa.
Abang dan kakak indah menangis dan berteriak lumayan histeris menurutku. Aku juga melihat abangnya indah mengambil handphonenya dan menghubungi seseorang, aku berpikir kalau yang dihubunginya itu adalah orang tuanya. Sedangkan aku? Aku hanya menutupi mataku dengan tangan kiriku, yang mana di mataku sedang becucuran dengan derasnya air mata yang membasahi pipiku. Aku hanya bisa menahan emosiku, yang mana rasanya kalu ku biarkan meluap aku akan menghancurkan sebuah gunung menjadi pecahan kerikil…
Sedangkan kedua sahabatku, walupun bersedih, mereka tetap menyemangatiku… Tapi ternyata, emosiku mulai menguasaiku. Aku pergi meninggalkan ruanggan itu sambil beruari air mata. Walaupun kedua sahabatku tadi berusaha mengejar dan menghentikanku aku tetap pergi, sambil mereka mengikutiku. Aku pergi menuju motorku dan pergi sekencang-kencangnya menuju pantai ujung batee.
Hari sudah semakin sore. Jam sudah menunjukan pukul 18:30. Langit pun mulai bercampur padu warnanya, antara warna merah, biru, putih dan jingga. Seperti hati dan perasaanku, yang bercampur padu antara sedih, sesal, dan emosi. Aku hanya bisa memandangi laut sambil berjalan menujunya. Walaupun aku mendengar teriakan zahlul dan danu yang berhasil menyusulku, aku tak menghiraukannya. Tiba-tiba tangan zahlul mencoba manarikku, namun karena aku yang sedang tak karuan aku pun menolak zahlul hingga ia terjatuh di atas pasir yang hitam itu. Seketika itu juga, danu datang dari arah depan dan mencoba menghentikanku sambil berkata
“lex! Tenangin dirimu alex!” ucapnya
“minggir lu! Jangan nganggu aku dalu!” bentakku padanya
“sadar alex!!! Kalo cuma menyesalkan apa yang udah terjadi, gag ada gunanya!” bentak danu yang menyadarkanku
“bruk” aku pun terduduk di pasir hitam ujong batee, aku tersadar akan ucapan sahabatku itu, aku pun berteriak
“aku mencintaimu indah!!! Mengapa kau datang dan pergi begitu saja?! Kau tau bagaimana sakit yang kurasa ini?!”
“udah alex, ikhlaskan sajalah kepergian indah, aku yakin, indah pasti ingin kau terus bahagia” ucap zahlul yang kemudian duduk di sebelah kiriku
“betul apa yang di bilang zahlul, aku juga yakin, indah pasti akan menginginkan kau bahagia” sambung danu yang kemudian duduk di sebelah kananku.
“… Tapi aku gak tau harus ngapain! Hati dan perasaanku betul-betul sedang kacau nih!” ucapku yang mulai tenang kepada mereka
“udah, yuk kita balik aja, udah mau magrib nie” ucap danu sekalian berdiri dan mengulurkan tangannya kepadaku.
Aku pun menerima uluran tangan danu dan kami bertiga berjalan meninggalkan pantai. ketika aku melewati pondok yang paling dekat dengan laut, aku membalikan badanku menghadap laut, dan teringat akan sesuatu. Aku menyuruh kedua sahabatku untuk menunggu sebentar, aku pergi mengambil seracik kertas dan pulpen. Kemudian aku pun kembali ke pondok yang paling dekat dengan laut tersebut, aku duduk sambil menulis sebuah puisi:
“cinta yang datang dan pergi”
Cinta…
Kau datang dan pergi sesukamu…
Seperti angin…
Yang datang dan pergi sesukanya…
Walaupun api asmara cinta sedang membara…
Kadang kau datang dan membesarkan api asmaranya…
Namun, kau juga pergi sesukamu hingga apinya padam…
Cinta…
Andai kau datang dan tak pernah pergi…
Aku tak tau akan jadi mana kisah cintaku ini…
Tapi aku yakin…
Tuhan tau yang terbaik…
Setelah menulis puisi tersebut pun aku pun menyimpannya di dalam dompetku… Lalu kami pun beranjak pergi meninggalkan pantai tersebut, bersama diriku, yang semakin tenang…
Kami pun berhenti di sebuah mejid di daerah prada, karena azan pun sudah terdengar dengan merdunya. Setelah shalat di mesjid tersebut, akupun berdo’a kepada tuhan yang maha kuasa… Berdo’a supaya diberi kelancaran dan kemudahan atas setiap masalah yang kuhadapi…
selesai
Cerpen Karangan: Baginda Alfridsyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar