Jumat, 15 November 2013

Cerpen - Dua Alam

“Aku ingin kamu selalu ada dekat aku sayang, Oh iya, Jika suatu saat nanti Tuhan memanggilku duluan, kamu janji ya sayang jangan pernah lupain aku..” ujar sarah pada kekasihnya Alpin.
Kenangan satu tahun silam itu masih saja melekat dalam ingatan alpin, telah berbagai cara dia lakukan untuk melupakan kenangan-kenangan itu, namun apalah daya tak bisa dihapus begitu saja dari memori otaknya.
Sarah adalah sosok gadis yang begitu alpin cintai. Namun sayang kematian harus memisahkan mereka berdua, apalagi peristiwa itu selalu hadir dan menghantui mimpi-mimpi di setiap tidur alpin. Peristiwa yang sangat teragis dimana tubuh sarah harus remuk terlindas sebuah mobil truk. Entah siapa dalang dari persistiwa kematian sarah, hingga sekarang polisi yang berusaha mencari sekelompok pemuda bermotor yang menyerempet sarah hingga terlindas mobil truk belum juga terdeteksi keberadaannya. Mungkin mereka sudah kabur begitu jauh.
Setahun berlalu, hingga sekarang ini pembunuh itu belum juga ditemukan, Alpin hanya bisa berpasrah dan menyerahkan segalanya pada Tuhan yang maha esa, dia sadar bahwa ini semua adalah rencana-Nya. Takdir tak bisa ditebak, kematian bisa datang kapan saja, dan dengan cara apa saja yang kita sendiri tidak akan pernah mengetahuinya.
“sudah lah nak alpin, jangan terus-terusan seperti ini. Ibu tahu kamu sayang sama sarah, tapi mau gimana lagi, dia tak bisa kembali lagi bersama kita. Dia telah pergi jauh dan berada di alam sana” jelas ibunya sarah mencoba untuk memotivasi alpin, berharap alpin bisa bangkit dari keterpurukannya.
Ya, memang masa depan alpin masih panjang, masih banyak hal-hal yang harus dia kerjakan daripada hanya memikirkan dan mengingat tentang masa lalunya bersama sarah. Apalagi sarah sudah mati tak mungkin bisa kembali lagi untuk hidup dan bersama lagi dengan alpin.
Teman-teman sekampus alpin terus memberikan motivasi pada alpin, namun apalah daya rupanya dia begitu menikmati kenangan-kenangan itu meskipun menyakitkan bagi dirinya.
Mungkin benar, kebanyakan orang tak bisa move on dari masa lalunya, karena mereka terlalu menikmati masa lalu itu walaupun itu terasa sangat menyayat hati. Entah sampai berapa lama alpin akan seperti ini, hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Kini alpin mulai berusaha untuk benar-benar bangkit dari keterpurukannya. Dia pun sudah mulai bergaul lagi dengan teman-teman lamanya. Ada Reza, vino, sarah dan sinta adalah sahabatnya yang selama ini selalu memberikan motivasi pada alpin.
Vino yang perihatin melihat sahabat nya seperti itu, dia pun mulai berusaha untuk memperkenalkan beberapa gadis pada alpin dia berharap ada salah satu gadis yang alpin suka. Dan akhirnya apa yang dia harapkan selama ini tercapai juga, alpin mulai menyukai salah satu gadis, yang bernama mira. Mira adalah mahasiswi semester 2 dari fakultas ekonomi.
Lambat laun mereka berdua mulai akrab, terjalin komunikasi yang begitu sering di antara mereka, dari pertemuannya setelah pulang kampus maupun via handphone membuat mereka semakin akrab. Namun entah kenapa setiap mereka berdua bertemu, kaki mira selalu terasa sakit secara mendadak, hal yang menurutnya aneh. Kejadian ini tidak hanya terjadi sekali atau dua kali, tapi sering sekali terjadi setiap kali dia bertemu dengan alpin.
Sempat dia memerikasakan kakinya ke dokter, namun kata dokter tidak ada diagnosa yang mengatakan adanya penyakit atau luka pada kakinya. Ini hanya ia rasakan ketika bertemu alpin saja.
“Aku mohon jauhi Alpin, jangan dekati dia lagi.. dia adalah milikku dan selamanya akan tetap milikku” tetulis sebuah kalimat pada selembar kertas di atas meja belajar Mira. Ketika itu angin berhembus dengan kencangnya hingga kordeng-kordeng di dalam kamar mira tersingkap semua. Tak lama setelah itu mira pun terbangun, bagaikan mimpi namun itu nyata, dia merasakan hembusan angin itu.
Dia melihat ada secarik kertas di meja belajarnya, lalu ia pun membacanya. Kertas itu seolah memberikan isyarat kalau mira harus menjauhi alpin. Dia terdiam cukup lama, merenungkan tentang apa yang telah terjadi pada dirinya. Pikirannya penuh dengan beribu-ribu pertanyaan. Siapa yang menulis pesan di kertas ini? Apakah tadi ada orang yang masuk ke dalam kamarnya? Dia melihat pintu kamarnya masih terkunci, lalu ia mengecek jendela, itu pun masih terkunci tak ada yang terbuka sama sekali, hanya kordeng-kordeng yang tampak kusut akibat terpaan angin.
Kini ia pun tak bisa melanjutkan tidurnya, matanya sulit sekali untuk di pejamkan. Rasa takut itu kini merasuk dalam dirinya. Jam di dinding kamarnya masih menunjukan pukul 02:33, masih lama untuk memasuki waktu pagi. Dia mencoba untuk menenangkan dirinya dan masih sesekali melihat tulisan di secarik kertas itu. Terkadang ia mencoba memejamkan matanya, namun lagi dan lagi tetap tidak bisa. Kembali dia mengambil kertas itu dan ketika ia hendak membacanya kembali, anehnya tak ada tulisan yang tertulis pada kertas itu.
Kertas yang tadi masih berisi tulisan kini tak ada setitik tinta pun yang tercoret dalam kertas itu. Rasa takut mira pun mulai menjadi-jadi entah apa yang akan ia lakukan selanjutnya, bagai mimpi namun ini nyata.
“hei pagi-pagi gini udah ngelamun.. mikirin apa sih sob” ucap reza ke alpin yang sedari tadi sedang melamun sendirian. Sontak alpin pun kaget dengan suara reza yang sengaja membuatnya kaget.
Alpin pun menceritakan keluh kesahnya itu pada reza, tentang mira yang setiap kali bertemu denganya selalu merasa kesakitan pada kakinya. mereka berdua terdiam cukup lama. dan akhirnya reza kembali membuka percakapan. Dia menceritakan apa yang telah diceritakan mira tentang kejadian yang menimpa mira tadi malam.
Alpin yang mendengarnya sedikit tidak percaya, namun lama kelamaan dia mulai berpikir bahwa ini mungkin ada hubungannya dengan sarah. Apalagi setelah dia berjanji sewaktu sarah masih hidup bahwa alpin akan selalu setia pada sarah. Mungkin sarah tidak rela jika alpin bersama gadis lain.
“hmmm, mungkin kedengerannya cukup aneh sih, tapi mungkin ada benarnya juga sob, apalagi kemarin sinta pernah cerita sama gue kalau dua hari yang lalu dia pernah bertemu sarah di depan rumahnya, tapi ketika sinta hendak menyapa sarah, tiba-tiba sarah menghilang begitu aja, dan menghilangnya jelas sekali di hadapan sinta” jelas reza mencoba untuk mengungkapkan kejadian-kejadian aneh itu. Dia baru bisa menceritakan kejadian itu pada alpin sekarang karena reza takut alpin akan kembali terpuruk seperti hari-hari sebelumnya.
Alpin hanya terdiam tak berucap apa-apa, dia mencoba untuk memecahkan masalah ini, mencari tau apa yang sebenarnya terjadi. Apakah mungkin mira kembali lagi? apakah selama ini mira selalu mengikutinya?. Dia mulai mencari jawaban atas segala rasa penasarannya itu. Seandainya mira ada, kenapa dia tidak menampakan dirinya, atau memberi tanda bahwa dia ada disini dan selalu mengikuti alpin?.
Malam itu hujan begitu derasnya, kilatan-kilatan petir terus menyambar dengan dahsyatnya, alpin hanya duduk terdiam dikamarnya sambil menunggu hujan reda, rencana malam ini dia akan main ke rumah mira, karena sudah hampir dua hari dia tak mendapat kabar dari mira. Bahkan sms dari alpin tak pernah dibalasnya satu pun.
Hingga jam menunjukan pukul 10 malam hujan tak kunjung reda. Tiba-tiba ada suara-suara aneh di luar kamarnya. Dengan tubuh yang merinding, alpin mencoba memberanikan diri untuk mencari tau sumber suara itu berasal. Ketika dia hendak membuka kordeng jendela kamarnya, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang.
Dengan raut wajah yang ketakutan dia mencoba menengok ke belakangnya, dan sontak dia begitu terkejut dengan apa yang tengah di lihatnya. Itu adalah sarah, sungguh dia tak mempercainya, seolah bagaikan mimpi. Dia terus melangkahkan kakinya perlahan-lahan mundur ke belakang. Dia tak berani untuk mendekati sarah. Karena bagaimanapun juga sarah bukanlah manusia lagi.
“jangan takut sayang, aku datang kesini hanya untuk mengingatkanmu tentang janjimu padaku, bahwa kau takkan pernah berpaling dariku dan akan terus mencintaiku selamanya” kata sarah, sambil terus melangkah maju mendekati alpin.
“iya.. sa.. sampai sekarang a..aku memang masih mencintaimu, tapi se.. sekarang dunia kita berbeda, aku pun masih muda dan masa depanku masih panjang” jawab alpin tergagap-gagap ketakutan.
“bukankah kau pernah berjanji bahwa kau akan tetap menjadi milikku untuk selamanya?”
“i.. iyaaa tapi…”
“sudah lah tak perlu kau jelaskan lagi, aku tau apa yang kau maksud. Kita telah dipisahkan oleh dua alam yang berbeda. Dan aku hanya minta satu hal dari kamu. Dengan siapapun kau akan menikah nanti, tolong jangan pernah kau lupakan keluargaku.. kedua orang tuaku, sayangilah mereka seperti halnya aku menyayangi mereka”.
“iya itu pasti sayang… aku akan selalu menjaga keluargamu dan aku juga akan selalu berusaha untuk menangkap orang-orang yang telah membunuhmu”
“tidak perlu.. kau tak perlu mencari orang yang telah membunuhku… karena orang yang telah membunuhku adalah salah seorang dari keluargaku sendiri… suatu hari nanti kau akan tau sendiri” jelas sarah. Lalu kemudian menghilang begitu saja.
Lagi-lagi bagaikan sebuah mimpi, namun sebuah pertanyaan yang masih belum bisa alpin pecahkan, yaitu tentang siapa orang yang telah menjadikan kekasihnya itu meninggal. Dan ia hanya bisa menunggu waktu, karena hanya waktulah yang akan menjawabnya.
Cerpen Karangan: Yusuf Khaerul Ikhwan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar