00:23 Handphone ku bergetar… ternyata dia,
Dalam keadaan sedikit tidak sadar, rasa itu muncul kembali membuatku terpaksa menerima panggilan telepon itu, terdengar suara sedikit serak yang sangat akrab ditelingaku dari ujung sana, “ngapain…?” ucapnya, pertanyaan bodoh itu lagi yang dilontarkan, namun tetap mengundang senyumku.
Dalam keadaan sedikit tidak sadar, rasa itu muncul kembali membuatku terpaksa menerima panggilan telepon itu, terdengar suara sedikit serak yang sangat akrab ditelingaku dari ujung sana, “ngapain…?” ucapnya, pertanyaan bodoh itu lagi yang dilontarkan, namun tetap mengundang senyumku.
Panggilan telepon itu hanya berlangsung selama 21 menit, cukup singkat memang… bahkan terasa kurang, tapi tetap bersyukur karena dia masih bersedia untuk menghubungiku,
Ditengah malam yang sunyi, suara sedikit serak itu telang hilang, yang tampak hanyalah kegelapan yang kian sepi, namun mata ini masih saja terjaga, seakan-akan ingin kembali memandangnya, telinga ini masih mencari-cari suaranya seakan belum puas mendengarkannya, dan mulut itu masih bergeming ingin terus berbicara dengannya, entah apa yang membuatku begitu menggilainya.
Sapaannya tidak seramah orang lain, ucapannya tidak semanis orang lain, dan sikapnya tidak sebaik orang lain. Siapa lelaki ini…? Apa bagusnya…? Apa yang dia punya…? dia tidak lebih tampan dari yang lainnya, Dia tidak lebih kaya dari yang lainnya, bahkan dia tidak lebih baik dari yang lainnya… semua masih saja berkecamuk dalam otakku, masih menjadi misteri yang sampai saat ini belum diketahui apa jawabannya, tapi rasa ini… rasa yang telah ada sejak 6 tahun yang lalu, tidak sedikitpun berkurang kepadanya, kepada dia yang tidak lebih istimewa dari yang lain.
Panggilan 21 menit itu masih menyisakan tangis, sampai kapan harus terus seperti ini “diam seperti bayangan” atau “hilang menjadi gelembung tertiup angin lalu pecah terkena sinar matahari”.
Hanya kepadanya ku titipkan rasa ini, ku percayakan sepenuhnya untuk dinikmati dan ku relakan untuk terus disakiti. tapi biarkan rasa ini juga menjadi milikku, biarkan cinta ini menjadi bebanku, meski menjadi penghambat jalanku, bahkan aku pun tahu mencintaimu adalah tak pasti.
Ketahuilah, disini… di dalam kegelapan kamar ini, ada seorang wanita yang setia menantimu, tidak pernah berhenti menangisimu namun selalu berusaha tegar dihadapanmu, seseorang yang selalu bersedia menerima kamu apa adanya, bagaimanapun buruknya kamu, bagaimanapun kisah hidupmu, dan bagaimanapun kamu menyakitinya.
Aku duduk tersudut meratapi kisah cinta yang begitu pahit, kisah cinta yang hanya tinggal kenangan, kenangan yang sangat indah, kenangan antara kau dan aku.
Adanya tulisan ini… jangan kamu anggap bahwa dia sedang mengiba kepadamu, atau meminta belas kasihan kepadamu,
tapi… tulisan ini ada karena dia ingin kamu tau bagaimana kamu menginspirasi hidupnya, bagaimana kamu berperan bagi hidupnya, dan bagaimana kamu menjadi motivasi terbesar dalam hidupnya.
meskipun dia tau, bagi kamu wanita ini hanya sebagian kecil dari kisah masa lalumu yang hanya akan membuang waktumu saja jika terus dikenang.. namun walaupun demikian, biarlah wanita ini tetap setia untuk menantimu karena dia tau
“Akan Ada Pelangi Setelah Turun Hujan”.
tapi… tulisan ini ada karena dia ingin kamu tau bagaimana kamu menginspirasi hidupnya, bagaimana kamu berperan bagi hidupnya, dan bagaimana kamu menjadi motivasi terbesar dalam hidupnya.
meskipun dia tau, bagi kamu wanita ini hanya sebagian kecil dari kisah masa lalumu yang hanya akan membuang waktumu saja jika terus dikenang.. namun walaupun demikian, biarlah wanita ini tetap setia untuk menantimu karena dia tau
“Akan Ada Pelangi Setelah Turun Hujan”.
Cerpen Karangan: Ainin Shofiyaa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar