Jumat, 15 November 2013

Cerpen - Jemput Aku Pukul 13:45

“Sayang nanti tolong jemput aku jam 13:45” bunyi isi pesan singkat yang Via kirim kepada Gio.
Gio dan Via adalah sepasang kekasih, mereka pertama kali bertemu 6 bulan yang lalu, saat itu mereka sedang mendatangi acara ulang tahun Citra. Citra adalah sepupu Gio dan merupakan teman satu kelas Via, dan di acara itu Citra pun saling mengenalkan mereka berdua karena pada saat itu Citra tahu kalau mereka berdua sedang sama-sama jomblo. Singkat cerita dari perkenalan itu mulai tumbuhlah benih-benih cinta di antara mereka dan 3 bulan kemudian mereka resmi jadian.
Dan tepat hari ini 23 oktober adalah 3 bulan tepat mereka pacaran. Tak terasa bell tanda pulang sekolah berbunyi di sekolah Gio dan waktu menunjukan pukul 13:30. Gio pin langsung bergegas meninggalkan kelasnya menuju tempat parkiran “Gio nanti malam kamu bisa datang kan?” ucap salah satu teman sekelasnya “Maaf, tapi malam ini aku nggak bisa maen dulu” tolak Gio kepada temanya yang mengajaknya untuk bermain futsal “Tapi kalau kamu nggak ikut nanti siapa yang jadi kiper?” “Tapi sorry malam ini aku bener-bener nggak ikut dulu”
Malam ini Gio sudah berencana untuk menggajak Via makan malam untuk merayakan 3 bulan mereka pacaran, Gio pun berangkat menjemput Via di tengah perjalanan Gio melihat dua kelompok pelajar SMA yang sedang tawuran di depan jalan yang hendak ia lalui, Gio bingung apakah ia harus memutar balik untuk mencari jalan lain atau harus tetap melalui jalan tersebut, tapi jika dia memutar balik dan mencari jalur lain pasti dia akan terlambat datang untuk menjemput Via.
Karena tak mau membuat Via menunggu lama di depan gerbang sekolahnya, Gio pun memutuskan untuk tetap melewati jalan tersebut, tapi memang sial benar nasib Gio saat melaju di tengah-tengah dua kelompok pelajar yang sedang tawuran tiba-tiba kepalanya terkena lemparan batu bata dari salah satu kelompok yang sedang bertikai itu. Karena kencangnya lemparan batu tersebut Gio pun terjatuh dari motornya, tubuhnya terjatuh ke aspal. Untung saja Gio memakai helm jadi kepalanya tak sampai bocor.
Gio pun mencoba untuk berdiri tapi belum sampai ia berdiri dengan tegak tiba-tiba datang seorang pelajar dengan mengegam sebilah pisau dan langsung menusuk perut Gio. Tubuh Gio kembali terjatuh ke aspal, seragam putih abu-abu yang ia kenakan kini menjadi berwarna merah darah, dari dalam perutnya terus mengalir tapa henti walaupun ia sedang mencoba menutupi lukanya dengan tangan kanan’nya.
Suasana tiba-tiba menjadi sunyi Gio tak lagi bisa mendengarkan suara yang ada di sekitarnya, dadanya mulai sesak, ia mulai sulit untuk bernafas tubuhnya mulai terasa dingin dan semakin dingin, pandanganya menjadi kabur dan semakin lama menjadi gelap dan semakin gelap Gio pun pingsan tak sadarkan diri. Gio menjadi korban, ya menjadi korban, salah sasaran tepatnya, iya dikira sebagai salah satu anggota kelompok lawan oleh orang yang menusuknya tadi.
Sementara itu Via masih menunggu Gio di depan gerbang sekolahnya ia tak tau tentang keadan kekasihnya saat ini. “Udah jam segini Gio kok belum nyampe juga ya!” pikir Via dalam hati. Via pun mencoba menghubungi Gio tapi tak ada balasan sama sekali dari Gio. Fikiran Via menjadi kemana-mana ia bingung mengapa sms dan telepon darinya tak ada balasan sekali dari Gio. Ia takut terjadi sesuatu pada Gio di jalan. Karena memang tak biasanya Gio berbuat seperti itu.
Sekarang waktu menunjukan pukul 14:05. Tapi Via belum juga pulang iya masih menunggu kedatangan kekasihnya. Tak terasa lima menit telah berlalu tapi Via belum juga pulang, tiba-tiba HP di tanganya bergetar tanda kalau dia sedang di telpon oleh seseorang. Tanpa melihat dari siapa ia langsung mengangkat telpon itu. “Hallo, Gio udah jam segini kamu kak belum dateng juga sih!” ucap Via. “Maaf, Vi tapi aku bukan Gio aku citra” “Oh, maaf Cit aku kira dari Gio!, oh iya Cit ada apa kok kamu telpon aku?” “Jadi gini Vi, Gio” ucap Citra dengan suara agak lirih. “Gio kenapa Cit?” “Gio, Gio mengalami kecelakaan!” Yang dihawatirkan Via teryata benar, mendengar perkataan dari temanya itu Via terdiam sejenak. “Gio sekarang dimana Cit?” “Sekarang Gio sedang dirawat di rumah sakit Harapan bunda!” “Kalau begitu aku akan segera kesana Cit” ucap Via sembari berlari menuju pangkalan ojek yang ada di dekat sekolahnya. “Kalau begitu sudah dulu ya Vi!” “Iya Cit!” Via pun segera menuju rumah sakit dengan mengendarai ojek.
Di dalam perjalan ia tak henti-hentinya berdoa agar tidak terjadi apa-apa kepada kekasihnya. Sekarang waktu menunjukan pukul 14:15. Ia pun sampai di rumah sakit dan langsung berlari menuju kamar dimana Gio dirawat. Tapi sesampainya ia di kamar Gio dirawat iya melihat ibu dan ayah Gio sedang menanggis dan seorang polisi yang nampaknya polisi itulah yang telah membawa Gio ke rumah sakit. ia pun menghampiri ayah dan ibu Gio “Buk!, bagaimana keadaan Gio?” tanya Via kepada ibu Gio, tapi ibu Gio hanya diam saja dan terus menaggis bahkan tanggisanya semakin menjadi. “pak!, bagaimana keadaan Gio?” tanya Via kepada ayah Gio, tapi sama seperti ibu Gio, ayah Gio pun hanya diam. Via pun akhirnya bertanya kepada sang polisi yang berada di sisi kirinya “pak polisi bagaimana keadaan Gio?” “Gio sudah nggak ada dek” jawab sang polisi, Gio meninggal, nyawanya tak tertolong lagi, ia meninggal lima menit sebelum Via datang di rumah sakit, ia kehilangan banyak darah, para dokter sudah berusaha sebaik mungkin tapi memang inilah garisan hidup Gio, umurnya memang tak panjang. Gio pergi meninggalkan Via, Tapi tak meninggalkan Via sendiri, ia telah menitipkan cintanya yang akan terus ada dalam diri Via, walaupun kini tubuhnya sudah terbujur kaku, tapi cintanya pada Via akan terus hidup.
Cerpen Karangan: Gaddang Arief

Tidak ada komentar:

Posting Komentar