Jumat, 15 November 2013

Cerpen - Seorang Sepertimu

Aku berdiri di tengah hamparan rumput yang luas. Tempat ini sudah di sulap menjadi sebuah tempat resepsi pernikahan. Ku menatap pelaminan yang masih kosong tapi sudah di tata dengan begitu indah… Para pelayan sibuk memberesi kursi-kursi tamu dan jamuan untuk tamu, semua serba putih.. bersih dan tulus.. Aku melangkah Keluar dari areal tempat resepsi pernikahan ini. Aku melangkah pelan, gaun putih selutut yang ku kenakan berkibar pelan di sapu angin. Aku naik ke mobil lalu melaju menuju gereja…
Suasana gereja terlihat sudah ramai… Aku turun dari mobil dan melangkah perlahan menapaki tangga gereja. Jantungku berdetak kencang.. aku berhenti di tangga terakhir. Ku tarik nafasku pelan lalu membuangnya perlahan. Lalu aku kembali jalan, sampai di depan pintu gereja yang terbuka lebar aku berhenti melangkah. Ku tatap altar gereja yang juga sudah dihiasi nuansa warna putih. Rasanya aku tak mampu masuk ke dalam gereja…
Aku kuatkan hatiku lalu mulai kembali melangkah. Satu persatu langkahku memasuki gereja. Aku memilih duduk di bangku tengah. Satu persatu tamu memasuki gereja. Pengantin pria muncul di depan pintu gereja… Perlahan memasuki gereja… Aku berdiri… Rasanya air mataku hampir keluar. Saat pengantin pria melihatku langkahnya terhenti. Ken kamu begitu tampan dengan stelan jas putih dipadu dengan celana putih… Seperti malaikat. Setelah beberapa saat ken kembali berjalan menuju altar. Di altar ken menanti pengantin wanitanya. Akhirnya saat di nantikan tiba pengantin wanita muncul di depan pintu didampingi papanya. Pendeta sudah ada di podium. Perlahan dengan iringan musik, pengantin wanita masuk digandeng oleh papanya. Sangat syahdu… ken menanti di altar. Saat sampai di altar ken membawa pengantin wanitanya duduk di kursi pelaminan di depan pendeta. Lalu dimulailah kebaktian pemberkatan pernikahan. Selesai khotbah pendeta mengajak kedua pengantin berdiri di altar dan mulailah pendeta memberkati mereka. Air mataku menetes… selamat tinggal ken..
Selesai pemberkatan di gereja, semua tamu datang ke tempat resepsi pernikahan.
Aku berdiri di belakang para tamu yang duduk di kursi, aku sudah ada di resepsi pernikahan ken. Ku menatap ken dan weny istri ken yang duduk di pelaminan. Ada perih di hatiku… Ken akhirnya kamu benar-benar pergi dari hidupku. Semoga kamu bahagia. Dan semoga aku menemukan pria yang baik sepertimu untuk menjadi pendampingku. Maaf kalau pernah menyakitimu… Aku menyesal akan apa yang terjadi, tapi semua tidak bisa di ulang kembali. Selamat tinggal ken… Aku berbalik melangkah keluar dari acara resepsi itu. Langkahku pelan sepertinya kakiku begitu berat…
“Axelia…” sebuah suara memanggilku, aku menoleh. Ken… aku berhenti melangkah, aku berdiri di depan ken… ken menatapku sepertinya waktu berhenti saat ini dan hanya ada aku dan ken.. Angin berhembus mempermainkan gaunku dengan lembut. Dedaunan jatuh di rerumputan…
“Apa kamu tidak mau beri selamat untukku?” kata-kata ken mengembalikanku ke dunia nyataku, aku senyum.
“Selamat ken…” ucapku lalu mengulurkan tanganku ken menyambutnya.
“Kenapa cepat banget pergi?” tanya ken.
“Mmm..” aku mendesah pelan. “Aku ada kegiatan lain..” ucapku pelan.
“O..” ucap ken, aku menatap ken.
“Maaf untuk semua yang telah terjadi di antara kita.” ucapku.
“Untuk apa minta maaf aku bahagia dengan semua kisah kita.” ucap ken tersenyum lembut. Ken.. aku mengigit bibirku pelan.
“Kamu baik banget pasti weny bahagia bersamamu…” ucapku, ken senyum.
“Semoga kamu juga dapat pendamping yang seperti kamu harapkan dan berbahagia.” ucap ken.
“Semoga…” ucapku, ken senyum kembali. Ken.. mungkin tidak akan pernah ku dapat pria sebaik dan sehebat kamu. Aku sadar kamu yang terbaik tapi semua sudah terlambat. Ini hukuman untuk aku karena telah menyia-nyiakanmu…
“Oke ken aku pergi dulu..” ucapku, ken mengangguk. Rasanya ingin memeluknya untuk terakhir kali tapi itu tidak mungkin.
Aku berbalik dan meninggalkan ken, semoga kamu bahagia ken. Sebenarnya aku ingin kamu tahu betapa menyesalnya aku dan aku masih sayang kamu. Aku mendesah pelan dan tak terasa air mataku menetes. Aku langsung menghapus air mataku… Tuhan ampuni aku akan semua tingkah laku ku. Ku harap Engkau akan memberiku kesempatan untuk kembali memiliki cinta. Cinta yang sejati seperti yang pernah ku rasakan dan kali ini aku janji tidak akan menyia-nyiakannya. Aku menatap langit yang biru… Semoga Engkau mengabulkannya. Amin. Suasana siang ini begitu sejuk… sepanjang jalan ku lalui terasa tenang. Dedaunan bergoyang lembut, satu-satu daun jatuh ke tanah. Semoga kan terjadi keajaiban.
I hope…
Cerpen Karangan: Imelda Oktavera

Tidak ada komentar:

Posting Komentar