Jumat, 15 November 2013

Cerpen - Jangan Tinggalkan Aku

Brraakk…!!!
” Mampus loe sit, nabrak orang tuh..!! ” teriak Iren
” Ayo kita lihat.. ”
Sita dan Iren keluar mobil dan menuju ke belakang.
” Aduh mas, sory ya, aku nggak sengaja, aku bawa ke rumah sakit ya.. ”
” Enggak mbak, nggak papa kok. Nggak parah, Cuma lecet-lecet aja. ”
” Sebentar ya.. ” Sita lari kedalam mobil mengambil kotak P3K yang selalu dibawanya.
” Aku bersihi dulu ya mas, biar nggak infeksi. ”
Sita mengajak cowok itu ke pinggir dan mengobati lukanya.
” Aduh mas, sory banget ya, aku bener-bener nggak sengaja, aku tadi keburu-buru.. ”
” Aah.. nggak papa, mungkin udah apesnya saya mbak.. ”
” Sit, sepeda motornya tuh urusin ada yang rusak nggak? ” teriak Iren sambil
melihat sepeda motor cowok itu.
” Oh iya, sepeda motornya gimana mas? Masih bisa dipake? ”
Mereka berdua berdiri dan menuju sepeda motor itu lalu memeriksanya.
” Nggak papa kok mbak, Cuma ini yang pecah. ” kata cowok itu sambil menunjukan bagian yang pecah.
Sita pun memberi uang kepada cowok itu bermasud untuk biaya memperbaiki sepeda motornya yang rusak.
” Wah, terlalu banyak ini mbak.. ”
” Nggak papa, buat berobat kamu. Masih perlu perawatan itu tangan kamu. ” kata sita sambil berjalan menuju pintu mobilnya.
” Aku pergi dulu ya.. ”
” Iya mbak terima kasih.. ”
Sita hanya tersenyum.
” Hati-hati mbak.. ”
Mobil Sita pun pergi meninggalkan cowok itu.
Cerpen Jangan Tinggalkan Aku
” Loe kok disini, bukannya loe tadi disuruh beli barang..? ”
” Wah, sory don, gue tadi abis ditabrak orang.. ”
” Di tabrak orang? Terus loe nggak papa? Mana yang nabrak? ”
” Udah pergi lah.. ”
” Nggak tanggung jawab? ”
” Nih udah diobatin, dikasih uang juga. ”
” Hmm.. orang kaya, semua bisa selesai dengan uang! ”
” Udahlah lagian gue juga nggak papa kok, ”
” Ya udah kita cabut, keburu dicariin Bos. ”
Mereka berdua segera pergi karena masih banyak pekerjaan yang harus mereka selesaikan.
Hari ini cuaca sangat panas sekali. Irwan terlihat sangat lelah, keringatnya mengucur dari dahinya. Luka di tangannya semakin lama semakin terasa perih karena terkena keringat. Sesekali ia meringis kesakitan menahan luka di tangannya.
” Loe nggak papa wan? ” tanya Dony sahabat Irwan
” Nggak papa kok Don. ”
” Tu tangan loe bengkak. Nggak sebaiknya loe pulang aja? ”
” Nggak usah Don, gue istirahat dulu aja. ” kata Irwan sambil turun dari tangga dan meletakkan alat-alat bangunannya. Ia duduk di pinggir tumpulan batu bata supaya terhindar dari sengatan matahari yang begitu menyengat. Di bukanya perban yabg membalut lukanya, hati-hati sekali ia melepas satu persatu balutan itu.
” Aduuh.. ” teriaknya saat melepas balutan terakhir di tangannya. Ia kaget, ternyata lukanya parah, tangannya mulai membengkak, mungkin lukanya infeksi.
” Kenapa? loe baru nyadar kalau luka loe itu parah? ” tiba-tiba saja Dony berdiri di belakangnnya
” Loe pulang aja deh, ntar gue ijinin ke bos. ” katanya lagi.
Akhirnya setelah diijinkan Irwan pulang dan minta ijin 3 hari untuk istirahat di rumah.
Keesokan harinya saat Irwan mau ke dokter untuk memeriksakan lukanya. Ia bertemu Sita, cewek yang sudah menabraknya.
” Sit.. Sit.. itu kayak cowok yang loe tabrak kemaren deh.. ”
” Mana Ren..? ”
” Itu.. ” kata Iren sambil menunjuk ke arah cowok itu. Sita meminggirkan mobilnya dan berniat menemui cowok itu.
” Loe mau kemana sit? ” tanya Iren heran
” Tunggu sebentar ya.. ”
Sita pun turun dari mobil dan menghampiri Irwan yang sedang berhenti di lampu merah seberang jalan. Kebetulan sekali Irwan melihat Sita. Sita pun melambai-lambaikan tangannya dan Irwan segera berjalan ke arah Sita.
” Kamu mau kemana? ” tanya Sita setelah Irwan mulai mendekat
” Mau ke dokter mbak. ”
” Tanganmu.. ” kata Sita menarik tangan Irwan yang memerah membengkak.
” Ya ampun.. kamu ini infeksi, ini bengkak.. ” katanya lagi kaget.
” Ya udah, kamu ikut aku aja, aku antar ke dokter ya… ”
” Tapi motor saya mbak.. ”
” Udah taruh sini aja, nggak papa, ”
” Tapi mbak.. ”
Sita menarik Irwan dan menyuruhnya masuk ke dalam mobil.
” Waduh, Sit penculikan ini namanya.. ” kata Iren melihat Sita memaksa Irwan ikut ke mobil. Tapi Sita tidak memperdulikan omongan Iren. Ia langsung menyalakan mobil dan menancap gas menuju rumah sakit.
Sesampai di rumah sakit Sita dan Iren menunggui Irwan sampai ia selesai diobati.
” Gimana kata dokter? Lukamu nggak bahaya kan? ” tanya Sita cemas
” Enggak kok mbak, ini infeksi untung cepet dibawa kesini. ”
” Kamu sih, dibilangi dari awal, mau aku ajak ke dokter nggak mau. ”
Irwan hanya tersenyum.
” Nama kamu siapa? ”
” Irwan mbak. Mbak sendiri? ”
” Aku Sita ini temenku Iren. ” sambil berjababt tangan dan menunjukkan iren sebagai temannya.
” Oh.. mbak Sita.. ”
” Nggak usah panggil mbak. Panggil Sita aja. ”
” Oh.. iya mbak. Eh maaf.. Sit.. ”
Mereka berdua tertawa.
” Hmm.. berhubung aku tadi culik kamu. Jadi aku sekarang harus tanggung jawab buat anter kamu. ”
” Nggak usah sit, aku mau ke tempat kerja soalnya.. ”
” Kamu mau kerja? Tanganmu masih sakit.. ” kata Sita sambil matanya melotot.
” Enggak, aku nggak kerja. Cuma mau ketemu temen aku. ”
” Ya udah aku anter kesana. ”
Sita, Irwan dan Iren pun pergi menuju tempat Irwan kerja. Sesampai di tempat kerja Irwan mobil Sita pun berhenti. Mereka bertiga keluar mobil dan munuju tempat proyek.
” Kamu kerja disini? ” tanya Sita
” Iya, kenapa emang? ”
” Enggak papa. ”
” Aku emang tukang bangunan.. ” kata Irwan kethus
” Ternyata tempat kerja kamu deket ya. ” kata Sita sambil melihat ke atas bangunan yang tingginya hampir 100 meter itu.
” Kamu kerja dimana? ” tanya Irwan kaget
” Di depan situ. ” jawab Sita sambil menunjuk ke arah kantornya.
” Irwan.. ” terdengar dari belakang ada yang memanggil Irwan.
Mereka bertiga pun menoleh ke arah suara yang memanggil Irwan, ternyata itu adalah suara Dony teman Irwan.
” Wan, loe katanya ke dokter..? ” tanya Dony.
” Iya baru aja pulang nih. ”
” Oh iya, kenalin, ini Sita, ini Iren ” kata Irwan memperkenalkan Sita dan Iren kepada Dony.
” Dony. ” balas Dony sambil berjabat tangan dengan mereka berdua.
” Oh.. jadi ini yang nabrak loe wan? ” tanya Dony sambil melirik sadis ke arah Sita dan Iren.
” Udah lah Don, mereka tanggung jawab kok. ”
” Memang seharusnya gitu. ” kata Dony kethus.
” Hmm.. wan aku cabut ya.. ”
” Iya Sit, thanks ya.. ”
Sita hanya tersenyum dan mengagunggukan kepala tanda berpamitan.
” Hati-hati ya.. ” kata Irwan lagi.
Sita dan Iren pun pergi meninggalkan Irwan dan Dony. Dony pun uga akan mengantar Irwan pulang ke rumah. Sesampai di rumah Irwan..
” Loe kok selalu belaiin cewek tadi sih..?”
” Belain gimana Don? ” tanya Irwan heran.
” Loe suka sama dia? ”
” Ahh.. loe ngaco, gue nggak pantes sama dia Don.. ” jawab Irwan dengan nada memelas.
Pagi ini cuca cerah, secerah cuaca hati Sita, entah apa yang ada dipikirannya. Kelihatannya ia semangat sekali untuk berangkat kerja. Tidak seperti biasanya yang selalu malas dan datang terlambat. Kali ini ia berangkat pagi-pagi. Kali ini mobilnya tidak langsung masuk halaman kantornya melainkan mejuju ke proyek bangunan di dekat kantornya. Mobilnya berhenti tepat didepan bangunan yang setengah jadi itu. Ia keluar dan berdiri disamping mobilnya. Matanya memandangi di sekeliling bangunna itu tapi tak satu pun orang yang ia lihat. Perlahan ia mulai berjalan mendekati bangunan itu. Kepalanya celingak-celinguk memperhatikan sekelilingnya, hatinya bertanya-tanya kenapa tidak ada satupun orang disini? Kemana mereka? Apa mereka nggak bekerja?.
Namun saat ia mencoba memasuki gedung yang masih belum berpintu itu ada suara yang memanggilnya.
” Mbak.. ”
Sita kaget mendengan suara itu. Spontan ia menoleh ke belakang mencari sumber suara yang memanggilnya.
” Mbak, cari siapa?” tanya laki-laki itu.
” Irwan nggak masuk? ” jawab Sita agak ketakutan.
” Oh, irwan sepertinya belum masuk mbak.. ”
” Okey, saya permisi dulu ” sita pun menmpercepat langkahnya. Dan menuju mobilnya.
Kecewa yang ia rasakan. Sudah pagi-pagi ia berangkat untuk ketemu Irwan ternyata Irwan belum masuk. Padahal Irwan bilang ia hanya ijin 3 hari.
Setiap pagi selama seminggu ini Sita selalu ingin menemui Irwan di tempat kerjanya. Namun ia selalu tidak menemukannya. Ia mulai gelisah, ia juga mulai bingun kenapa ia selalu memikirkan Irwan, selalu terbayang-banyang saat pertama kali mereka bertemu.
” Sit, makan siang yuk. ” ajak Rivas, cowok tajir yang naksir dan selalu ngejar-ngejar Sita.
” Nggak nafsu makan! ”
” Nanti skait loh.. ”
” Gue bilang nggak ya enggak! Udah loe pergi sana! ngapain juga loe datang ke Kantor gue! Kayak jailangkung aja nggak diundang dateng!! ”
” Oke.. gue pergi.. ” kata Rivas sambil melangkahkan kaki pergi.
Tiba-tiba Iren datang drai belakang sita yang sedang duduk melamun, mengarahkan bola matanya menerawang bebas ke luar kaca.
” Hayo ngelamun..!! ”
Sita tak berkata apa-apa, ia hanya menoleh dan menghela nafas panjang.
” Rivas baru aja nyamperin loe? ”
” Ngajakin makan siang ya..? tanyanya lagi
” Gue nggak mau.. ” jawab sita singkat
” Looh, kenapa? Terus loe ngapain ngelamun disini? ” tanya Iren penasaran.
” Gue lagi kangen nih. Nggak tau sama apa yang gue rasain. Kata orang jauh Kayak orang jatuh cinta. ”
” jatuh cinta? Jatuh cinta sama siapa loe? ” Iren semakin penasaran.
Tidak menjawab pertanyaan Iren, Sita hanya tersenyum saja.
” Jangan-jangan loe lagi mikirin sipa itu.. ” Iren berusaha mengingat seseorang.
” Irwan.. ” jawab sita memotong pembicaraan Iren.
” Jangan-jangan loe jatuh cinta sama dia? ”
” terus kalau iya..?” jawab Sita singkat.
” Ya ampun sit, loe yang bener aja.. ”
” Sita, denger ya. Tukang banguna itu nggak cocok sama loe. Mau dikasih makan Apa loe sama tukang bangunan itu..!! ”
” Coba kalau sama Rivas. Udah ganteng, keren, tajir. ”
” Tapi Play Boy.. ” Sita memotong perkataan Iren dan langsung berdiri meninggalkan Iren. Iren pun mengejar Sita dan berusaha meyakinkan Sita kalau Irwan itu tidak baik untuk sita dan Rivaslah ynag terbaik, namun Sita tetap tidak mempedulikannya.
Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Waktunya Sita pulang kerja. Ketika ia keluar kantor Rivas sudah menunggunya diparkiran. Melihat diparkiran ada Rivas, sita ragu-ragu untuk segera ke parkiran. 15 menit sudah Rivas menunggu Sita diparkiran, namun Sita belum juga muncul, akhirnya Rivas pun pergi. Seletah melihat Rivas pergi, sita pun keluar dan menuju parkiran. Terbesit dipikirannya untuk mampir ke tempat kerja Irwan, mungkin saja Irwan ada disana. Katanya dalam hati. Ia tidak berniat berhenti, ia Cuma lewat pelan-pelan dan berharap ia melihat Irwan. Dan ternyata benar, Sita melihat Irwan. Mendadak kakinya menginjak rem tepat berhenti di depan bangunan itu. Dibukanya kaca mobilnya, ia mau memanggil Irwan tapi takut mengganggu. dony teman Irwan ternyata tau kalau Sita sedang disitu dan memandangi Irwan.
” Wan, loe dicari’in tuh. ”
” Siapa Don..? ”
” Tu lo, yang ada di mobil sana noh. ” kata Dony sambil menunjuk ke arah Sita.
Dari jauh Sita tersenyum kepada Irwan yang menoleh pada Sita. Irwan pun meletakkan alat-alat tukangnya dan menghampiri Sita.
” Ada apa Sit? ” tanya Irwan.
” Emm.. enggak, Cuma pengen ketemu kamu aja. ” jawab Sita sambil keluar mobilnya.
” Aku ganggu kmau ngga? ”
” Enggak kok sit. Kita duduk sebelah situ yuk ” irwan dan sita pun berjalan menuju tempat yang agak teduh.
” Ada perlu apa sit? ”
” enggak Cuma mampir aja, nggak boleh ya? ” wajah Sita berubah cemberut. Naun irwan tak menjawab, ia hanya tersenyum.
” Pulang bareng yuk. ” Sita menawari Irwan pulang bareng supaya Sita tau Irwan tinggal dimana.
” motor ku gimana? ”
” Biar gue yang bawa.. ” tiba-tiba Dony ikut-ikutan bicara di belakang.
Sita dan Irwan serempak menoleh ke belakang, dan tersenyum.
Akhirnya Irwan setuju dengan tawaran Sita.
Sementara irwan masih bekerja Sita menungguinya di dalam mobil dan selalu tersenyum saat mereka berdua beradu pandang. Tiba waktunya Irwan pulang. Sita pun mengatar Irwan sampai di depan rumahnya. Walaupun Sita harus jalan kaki karena untuk menuju rumah Irwan harus melewati gang sempit dan mobil tidak bisa masuk.
” Mau sampai rumah? ” tanya Irwan
” Iya lah. Masak udah sampai sini nggak ikut ke rumah.? ”
Irwan hanya membalas dengan senyuman.
Irwan di rumah hanya sendiri. Ibunya sudah meninggal saat dia masih SMA. Ayahnya menikah lagi dan ikut bersama istri barunya.
” Rumah kamu sepi. Orang tua kamu pada kemana? ”
” Mama meninggal. Ayah sama istrinya. ” jawabnya singkat.
” Sorry.. ”
” Nggak masuk dulu? ” Irwan menawari sita untuk masuk.
” Lain kali aja ya. Udah sore juga. Yang penting aku sudah tau rumah kamu. Jadi Nggak susah buat nyari’in kamu. ” kata Sita tersenyum.
” Hati-hati di jalan. Jangan ngebut. Ntar nabrak orang lagi. ” ledek Irwan
” Cukup kamu aja yang aku tabrak. ” kata Sita sambil mencubit perut Irwan.
Sita pun pergi meninggalkan rumah Irwan. Waktu menunjukkan pukul 7 malam. Saat Sita sampai di rumah, ternyata Rivas juga lagi ada di rumah Sita. Ketika Sita membuka pintu, papa sita pun memanggilnya.
” Dari mana saja kmau jam segini baru pulang?
Namun sita tidak menjawab pertanyaan papanya. Melihat sikap Sita papanya pun semakin marah.
” Sita..!! ” bentak papanya.
” Sita capek pa. Sita mau istirahat! ”
” Rivas nungguin kamu dari tadi sore!! ”
” Nggak ada yang nyuruh nunggu. Suruh pulang saja dia! ” jawab Sita dan langsung lari ke atas menuju kamarnya.
” Anak kurang ajar!!” geram papanya
” Nggak papa om, mungkin lebih baik Rivas pulang saja. Sita kayaknya lagi capek Banget om. ” kata Rivas berpamitan pada papa Sita dan pergi meninggalkan rumah Sita.
Hubungan Sita dan Irwan kini semakin dekat. Mereka memang terlihat saling suka. irwan ingin mengungkapkan isi hatinya namun ia takut hubungan mereka akan ditentang oleh keluarga Sita. Karena secara ekonomi mereka berdua sangat jauh berbeda. Mereka berdua sering jalan bareng. Irwan pun sering diantar Sita sampai rumahnya. dan pada akhirnya Sita meminta kepastian hubungan mereka berdua.
” Irwan. Kamu tau nggak? ”
” Ssstt.. jangan berisik nanti dia bangun. ” Irwan memotong pembicaraan Sita dan meminta sita untuk tidak berisik supaya dua ekor kelinci yang tertidur pulas itu tidak terbangun.
” Iiich.. irwan aku serius.. ” kata Sita kesal.
” Hehehe.. sorry sorry.. ayo mau ngomong apa tadi? ”
” Nggak jadi ah. Males..!! ”
” Kok gitu, nggak asik ah.. ” kata Irwan sambil mencubit pipi Sita.
” Sakit tau.. nakal ya sekarang!! ” Sita pun membalas mencubit pipi irwan. Mereka berdua akhirnya saling cubit-mencubit. Sampai-sampai 2 kelinci yang tertidur tadi jadi bangun.
” Loh kan.. kelincinya jadi bnagun. Kamu sih berisik terus.. ”
Mereka berdua tertawa lebar. Kebahagiaan yang mereka rasakan memang belum lengkap karena sampai saat ini pun status hubungan mereka belum jelas. Ketika mereka berdua berjalan meninggalkan kedua kelinci itu, sita berusaha menanyakan lagi kepada Irwan tentang hubungan mereka.
” Ini serius ya.. nggak boleh bercanda lagi.!! ” Sita meminta Irwan untuk berjanji.
” Iya iya.. aku janji. Emang mau ngomong apa sih? ”
” Hubungan kita sekarang ini apa? ”
Sontak Irwan kaget mendengan pertanyaan Sita. Hampir saja ia tidak bisa menjawab. Namun Sita terus mendesaknya.
” Sebenarnya aku suka sama kamu. Tapi kau takut. ” jelas Irwan kepada Sita.
” Takut kenapa? Takut kalau aku Cuma main-manin? Takut akau akan bohongin Kamu? ” sita mulai cemas.
” Bukan, bukan gitu. Tapii.. ”
” Tapi kenapa sih? ”
” Karena kita beda!! ” Irwan menatap Sita dalam.
” Kamu punya segalanya, sedangkan aku hanya seorang.. ”
Tiba-tiba Sita memeluk Irwan erat dan berkata berusaha meyakinkan Irwan.
” Siapapun kamu, aku nggak peduli. Yang aku mau, kmau selalu ada untuk aku. Kamu sayang sama aku seperti aku sayang sama kamu..!! ”
Air mata Sita pun sudah tidak dapat dibendung lagi. Semakin erat pelukan sita kepada Irwan. Sepertinya ia benar-benar tidak ingin kehilangan Irwan. Hari itu juga Irwan dan Sita resmi pacaran. Sita meminta Irwan untuk ke rumahnya untuk berkenalan dengan mama papanya. Namun perasaan ragu dan takut masih menyelimuti perasaan Irwan, ia takut nanti orang tua Sita akan menolaknya dan tidak memberinya restu.
” jangan lupa ke rumah hari ini jam 10. Jang samaoi telat! ” begitu isi sms Sita untuk Irwan. irwan bingung apa yang harus ia lakukan sekarang, datang atau tidak.
” Kalau gue nggak datang, berarti gue banci..!! ”
Irwan langsung mengambil kunci sepeda motornya dan pergi ke rumah Sita. Ia sudah siap dengan semua resiko yang akan ia hadapi nanti. Ia berusaha menenagkan pikirannya namun ia juga masih dibayang-bayangi rasa takut. Sesampai di depan gerbang rumah Sita, irwan hampir tidak berani masuk dan akan pulang. Namun ia ingat dengan omongannya sendiri.
” Kalau gue nggak datang, berarti gue banci..!! ”
Akihrnya Irwan pun memberanikan diri untuk masuk.
” Cari siapa mas? ” tanya satpam padanya.
” Sitanya ada kan pak? ”
” Oh, tunggu sebentar, saya panggilkan mbak Sita. ”
Satpam itu menyuruh Irwan menunggu di posnya. Sementara itu satpam memanggilakan Sita.
” Kenapa nggak kamu suruh masuk aja sih?” kata sita memarahi stapamnya karena tidak menyuruh Irwan masuk, sambil berjalan menuju pos satpam.
” Maaf mbak, saya nggak tau.. ”
” Irwan.. ”
” Sudah lama ya? ” tanyanya lagi
” Enggak kok sit. ” kata Irwan sambil tersenyum.
” Masuk yuk.. ”
Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah. Hati Irwan deg-degan, perasaannya tidak enak. sesuatu yang tidak mengenakkan hati akan dirasakkannya. Setelah masuk ke ruang tamu, disitu sudah ada papa dan mama Sita. Irwan menarik nafas panjang dan menenagkan pikirannya supaya tidak gugup saat berbicara dengan orang tua Sita.
” Pagi om, tante.. ” Irwan mulai menyapa Orang tua Sita dengan senyumannya.
” Duduk. ” kata papa Sita.
” Kamu sudah lama kenal Sita? ” Katanya lagi
” Hampir satu bulan om. ”
” Kamu teman kantor Sita? ”
” Bukan om. ” keringat dingin mulai mengucur di badan Irwan.
” Lantas, kamu kerja dimana? ”
” Saya bekerja di proyek depan kantor Sita om. ”
” Kmau pemborong disitu? ” tanya papa Sita
” Saya tukang disitu om. ”
Brrookk..!!! papa Sita memukul meja. Sita panik dengan sikap papanya. Begitupun dengan Irwan. Matanya memandang irwan tajam. Sampai-sampai irwan tak berani menatapnya. Jatung Irwan seakan mau copot. Sitapun panik, ingin berontak tapi ia masih menunggu apa yang akan dikatakan papanya nanti. Suasana berubah menjadi mencekam. Papa Sita masih saja menatap Irwan dengan tajam. Akhirnya irwan memberanikan diri. Perlahan-lahan ia mengangkat mukanya menatap wajah papa Sita. Ia pasrah apa yang akan dilakukan Papa Sita kepadanya.
” Kamu serius sama Sita? ” tatapan mata papa Sita semakin tajam.
” Iya om, saya serius. ”
” Gaji kamu satu bulan berapa? ”
” Ya cukuplah om buat makan dan kebutuhan hidup. ”
” Cukup..!! ” bentak papa Sita
” Gaji sita satu bulan saja lebih.! Bukan kamu yang menafkahi Sita, tapi Sita yang Menafkai kamu..!! ” papa Sita marah-marah kepada Irwan.
Sita mulai gelisah. Air matanya hampir tak terbendung.
” Tapi saya sanggup menafkahi Sita dan bertanggung jawab sepenuhnya atas Sita om..! ” irwan berusaha membela diri.
” Sekarang kmau pergi dari sini dan jauhi Sita! Jangan harap saya merestui hubungan kamu sama Sita..!! ”
” Papa..!!! ” Sita tidak terima dan membela Irwan.
” Sita cinta sama Irwan pa!! Sita bahagia sama Irwan..!!! ”
” Mama, suruh anak ini pulang..!! ” kata papa Sita sambil pergi meninggalkan mereka di ruang tamu.
” Mama jangan. Irwan kamu nggak boleh pergi.. ” kata sita sambil menangis memohon kepada mamanya.
Namun mamanya tetap menuruti perkataan papanya.
” Sayang sudah ya. Kamu jangan nangis. Ini perintah papa, mama nggak bisa berbuat apa-apa Sita.. ”
Akhirnya Irwan diantar mama Sita keluar rumah dan menyuruhnya pulang. Perasaan Irwan hancur, hatinya sedih. Itu ynag selama ini ditakutkan. Ia takut kedua orang tua Sita pasti tidak setuju. Saat ini ia hanya memikirkan Sita, sita pasti lebih hancur dan sedih. Semalaman Sita tidak tidur dan hanya menangis.
Pagi-pagi sekali sita sudah berangkat. Tapi ia tidak berangkat ke kantor melainkan ke tempat kerja Irwan untuk menemui Irwan. Sudah 4 hari ini Sita tidak ke kantor. Sita mengambil cuti dengan menyerahkan surat doker. Dan seperti biasa Rivas selalu datang ke kantor mencari Sita. Rivas menunggunya di lobi saat jam makan siang. Lama ia menunggu namun Sita belum juga muncul. Ketika jam istirahat akan habis, ia menanyakan sita kepada teman kantor Sita.
” Mbak, nggak lihat sita ya? ”
” Oh.. sita sudah 4 hari ini nggak masuk. ” jawab teman kantor Sita.
Rivas pun bingung. Sudah 4 hari sita nggak masuk kerja. Apa dia sakit? gumamnya dalam hati. ia berniat untuk ke rumah sita, mencari tau keadaan Sita. Namun ketika Rivas keluar dari kantor sita, ia melihat ada mobil Sita parkir di proyek bangunan seberang jalan. Karena penasaran Rivas memata-matai dan mengikuti kemana sita pergi.
Waktu menunjukkan pukul 4 sore. Sita pun mengantarkan Irwan pulang ke rumahnya. sementara Rivas tetap mengikuti kemana sita pergi. Saat sita memarkirkan mobil di depan gang rumah Irwan. Rivas juga memakirkirkan mobilnya jauh dari gang agar tidak diketahui Sita. Rivas pun membuntuti mereka berdua sampai di rumah Irwan.
” Sit, samapai kapan kamu mau seperti ini? ”
” Sampai kamu bawa aku pergi wan. Ayolah kamu lakukan demi aku..!! ” sita meminta Irwan membawa lari dirinya.
” Tapi itu nggak mungkin Sit. Papamu pasti tambah marah dan benci sama aku. ” kata Irwan.
” Aku nggak mau pisah dari kmau wan. Aku sayang sama kamu.. ”
” Aku siap hidup menderita asalkan sama kamu. ” kata sita sambil memeluk Irwan dengan erat.
” Tapi kamu siap dengan semua konsekuensinya kalau kita kabur? ”
” Iya, aku siap demi kita.. ” Sita semakin mempererat pelukannya.
” Besok pagi-pagi aku jemput kamu di rumah. ” kata Irwan.
Untung saja Rivas tidak mendengar pembicaraan Sita. Rivas hanya mengikuti mereka sampai depan rumah irwan. Dan rivas pun melaporkan kegiatan sita selama 4 hari tidak masuk kantor ke pada papanya.
” Sita belum pulang vas. Sudah 4 hari ini pulang malam-malam terus, lembur Katanya. ” kata papa sita kepada Rivas.
” Sita bilang gitu om? ” tanya Rivas
” Iya, kenapa memangnya? ”
” Sita sudah 4 hari nggak masuk om. Rivas tadi siang baru saja ke kantor Sita. Tapi sitanya nggak ada om. ”
” Apaa..? terus kemana dia selama 4 hari ini? ” papa Sita kaget dan marah.
” Dia pergi sama tukang bangunan di proyek depan kantornya om. ”
” Irwan maksudmu? ” papa sita semakin marah mendengar sita pergi dengan Irwan.
Setiba di rumah Sita langsung dihakimi oleh papanya.
” Sita..!! ”
” Sita capek pa. banyak kerjaan tadi. ” kata Sita
” Kerjaan apa? Kerjaan masang batu bata di proyek depan kantormu? ”
Sita kaget dan langsung menoleh ke papanya.
” Sejak kapan kamu berani bohong sama papa? Sejak kamu kenal sama tukang Bangunan itu ya? ” papa sita memarahi sita didepan Rivas.
” Bilangnya kerja ternyata kluyuran sama tukang bangunan!! ”
” Mulai besok kamu nggak usah kerja. Mobil akan papa ambil!! ” katanya lagi.
Sita diam saja dan menghampiri Rivas. Tangannya langsung menampar Rivas.
” Ini semua gara-gara loe..!!! AWAS LOE YA..!!! ”
Sita pun lari ke kamarnya. Ia semakin nekat untuk kabur besok. Ia menyiapkan semua pakaian yang diperlukan ke dalam tasnya.
Jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Sita bersiap-siap untuk pergi dari rumah. Ia turun lewat jendela kamarnya. Irwan pun juga sudah menunggunya di luar. Kebetulan satpam tidur pulas, jadi tidak ada yang tau kalau sita kabur dari rumah.
” Kamu sudah siap dengan semua yang akan terjadi? ” tanya Irwan pada Sita
” Aku siap asalkan tetap sama kamu. ”
” Jangan pernah tinggalin aku ya wan.. ” kata Sita lagi
” Aku nggak akan pernah ningglain kamu. ”
Irwan menancap gas dan membawa sita pergi. Sita pun memeluk irwan erat, sangat erat.
Pagi hari saat mama sita mau membangunkan sita, ia kegrt karena sita sudah tidak ada di kamar.
” Papa. Sita pa.. ” teriak mama Sita
” Sita kenapa ma? ” papa Sita penasaran dan menemui mama sita di kamar sita.
” Sita hilang pa. sita nggak ada di kamarnya.. ”
” Pasti dia kabur sama tukang bangunan itu..!! ” papa sita geram dan langsung menghubungi rivas, meminta bantuan untuk mencari Sita.
Kedua orang tua sita, rivas dan 2 orang preman menaiki sepeda motor langsung menuju rumah Irwan. Setelah sampai sana ternyata rumah irwan kosong. Akhirnya rivas menyuruh 2 preman itu ke kontrakakn Iren, teman Sita.
Tok.. Tok.. Tok..
Kedua preman itu mengetuk pintu kontrakan Iren. Iren pun membukakan pintunya dan ia kaget melihat 2 lelaki berbadan kekar di hadapannya.
” Mana Sita? ” tanya 2 laki-laki itu.
” Sita.. sita ngga ada disini. ” jawab iren ketakutan.
” Sekarang loe telfon sita dan tanya dimana dia sekarang. ”
2 preman itu memaksa dan mengancam iren. Iren pun menuruti semua yang diminta 2 preman itu.
” Halo sit. Loe dimana? ” tanya iren dengan nada terbata-bata.
” Gue dijalan ren, gue kabur sama Irwan. ”
” Di jalan apa loe sekarang? ”
” Gue lagi berhenti di jalan semanggi di tempat kita biasa makan bakso. ”
2 preman itu langsung merebut hp iren dan membawanya pergi.
” Hallo bos. Kita langsgung menuju jalan semanggi. Sita ada disana. ” 2 preman itu memberi tahu rivas.
Akhirnya orang tua sita dan rivas menuju jalan semanggi.
Sementara itu Irwan dan sita sedang makan bakso di tempat biasanya Iren dan sita makan.
” Siapa telfon? ” tanya Irwan.
” Iren, dia nanyain aku. Aku mau pamitan eh, dianya langsung nutup telfon. Aneh Banget.. ” jawab Sita.
” udah yuk, kita pergi. ”
Irwan dan sita pun pergi melanjutkan perjalanan mereka. Namun selang beberapa menit mereka cabut dari warung bakso ada sepeda motor yang mengikuti irwan dan berusaha memepet motor irwan. Irwan menancap gas sekeras mungkin, namun motor itu tetap bersikeras menghentikannya. Akhirnya motor itu dapat mendahuluinya dan menyuruhnya berhenti. Tanpa bas-basi 2 preman itu turun dan langsung menarik sita. Satu orang lagi menahan irwan agar tidak bisa membantu sita. Dari jauh mobil yang ditumpangi orang tua sita dan rivas melaju sangat kencang. Rivas menyuruh 1 preman yang memegangi sita agar sita tidak mendekati irwan, karena rivas mau menghabisi irwan dengan menabraknya.
” Brrraaaakkk…!!! ”
1 preman yang memegangi irwan mendorongnya tepat di muka mobil rivas.
” Irwaaaann… ” sita berteriak dan memberontak dari pegangan preman itu.
” Irwaann… ” sita berlari menuju badan irwan yang terlempat 200 meter dari tempat mobil berhenti.
” Irwan, bangun jangan tinggalin aku. ” sita memangku kepala irwan dan menangis sejadi-jadinya.
” Kamu sudah janji kan, bakalan siap dengan semua yang akan terjadi? ” kata irwan terbata-bata.
” Dan kamu juga sudah janji nggak akan ninggalin aku.. ” kata sita sambil menciumi wajah irwan yang berlumur darah.
” Aku nggak pernah pergi sit, aku akan tetap ada di hatimu.. ”
Itu kata-kata terakhir yang irwan ucapakn kepada sita. Sita menjerit, menangis, tidak memperdulikan di sekelilingnya. Yang ada di pikirannya hanya bagaimana cara membangunkan irwan. Ia menoleh ke arah mobil yang menabrak irwan, dari sana terlihat mama papanya dan rivas turun dari mobil itu. Mereka bertiga menghampiri sita. Mamanya menangis, tapi papanya dan rivas tenang seperti tidak terjadi apa-apa.
Sita berdiri menatap mereka bertiga. Selama 5 menit matanya tidak berkedip menatap mereka bertiga.
” Loe jahat vas, papa jahat, mama jahat..!!! ” sita mengamuk dan memukuli mereka bertiga.
” Kalian bunuh orang yang kau sayangi di depan mata aku. Kenapa nggak kalian Bunuh juga aku? Kenapa?!! ”
” Sita, mama minta maaf, mama nggak.. ”
” Mama diam..!! ” Sita mendorong mamanya yang ingin memeluknya.
” Kalian bukan mama papa aku..!! aku nggak punya mama papa pembunuh..!!! ”
” pergi dari sini..!!! pergii..!! ”
Sudah 1 bulan kematian Irwan. Sita masih saja belum bisa menerima kenyataan. Ia masih saja menganggap irwan masih hidup.
” Sita, loe makan dulu ya. ” iren menyuapi sita.
” Kalo gue makan, nanti irwan dateng ya? ”
Iren hanya menangis melihat keadaan sahabatnya.
” Loe nggak suka ya kalau irwan dateng? ” tanya sita
” Enggak kok sit. Loe makan dulu ya, biar kalau irwan dateng loe nggak kelihatan
Kurus.. ”
” Ren, loe tau nggak, semalem irwan abis telfon gue. Dia ngabarin gue kalau dia Disana baik-baik aja. Di bilang dia akan balik lagi buat jemput gue.. ” kata sita pada iren dengan wajah gembira. Namun iren hanya menangis.
” Irwan juga bilang dia nggak akan ninggalin gue ren. ” kata sita lagi.
” Iya sit, irwan emang nggak akan pernah ninggalin loe. Di akan selalu ada di Hati loe.. ”
Iren meraih tubuh sahabatnya dan dipeluknya erat-erat. Tiba-tiba suster masuk kamar sita dan memberikan obat untuk sita.
” Mbak, waktunya minum obat penenang ya.. ”
Iren pun meminta sita untuk meminum obatnya. Sita pun tidur. Tidur lelap sekali dengan bibir tersenyum. Mungkin dia sedang bermimpi indah bersama irwan, cowok yang sangat dia cintai.
THE END
Cerpen Karangan: Risty Cahya Yuantika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar