Jumat, 15 November 2013

Cerpen - Kematian Terindah

Air mata ini seraya aliran sungai yang tak pasti di mana letak ujungnya. Menciptakan segala kegelapan dan kesenduan hati. Bayangannya seolah telah melekat pasti di dalam jiwa dan ragaku. Sampai di bawah batas kesadaranku pun aku tak mampu sama sekali untuk melupakannya. Satria Andika, dengan segala kesederhanaan yang dia miliki aku mencintainya. Sesosok pria berwibawa yang sampai sekarang aku tak tau dia dimana. Seorang pangeran yang dulu dan sampai sekarang, lima tahun berlalu tetap singgah di dalam relung hatiku yang paling dalam. Kenangan akan kebersamaan yang dulu terjalin masih terekam jelas di dalam otakku, seolah meski kepala ini terbentur hingga hancur tak akan menghilangkan sedikitpun cerita tentangnya di dalam hidupku. Ingatan ini melangkah mundur kembali, mengingat peristiwa lima tahun silam, saat aku dan dirinya, Satria Andika.
“Aku mencintaimu Serin” ucapnya seraya memegang kedua pergelangan tanganku.
“Dan aku pun juga sangat mencintaimu, Dika” balasku menatap mata teduhnya itu.
“Aku akan berjuang, sampai kedua orang tuamu mau menerimaku. Aku akan pertahankan cinta kita. Salahkah aku Serin, jika aku yang hanya seorang pedagang sayur mencintai anak seorang direktur ternama sepertimu?” tanyanya. Aku tau ada luka mendalam di dalam bayangan hitam bola matanya.
“Tidak Dika, tidak ada yang salah. Cinta tak memandang status seperti itu. Aku mencintai segala kesederhanaan yang kau punya. Karena hanya kamulah yang mampu mencintaiku setulus dan sepenuh jiwa ragamu” jawabku seolah menenangkan hati dan perasaannya.
“Lalu bagaimana dengan seorang perwira yang nantinya akan menjadi calon suamimu itu?”
“Jangan biarkan kata itu terucap lagi dari mulutmmu Dika. Itu pilihan orang tuaku. Dan sampai kapanpun hati ini akan tetap selalu memilihmu”
“Sudah malam, sebaiknya aku antarkan kau pulang”
“Hemm. baiklah “
Aku peluk pinggang Dika, ketika motor yang kita tumpangi melaju kea rah rumah. Tempat dimana Dika selalu merasa dihina oleh Papa. Dika lelaki yang kuat, aku percaya suatu saat nanti dia mampu untuk meluluhkan hati papa.
Tiba di depan sebuah rumah mewah, terlihat mobil sedan berwarna hitam gelap terparkir di halaman luas rumah itu. Itu mobil Riko, seorang yang telah dipilih papa untuk menjadi calon suamiku. Sekali lagi itu pilihannya dan hatiku sama sekali tak menggubris lelaki siapapun yang mencoba mendekatiku, karena hati ini telah tertancap kuat di dalam hati Dika, dan tak ada satupun yang mampu merebutnya, meskipun dia adalah seorang perwira hebat.
“Serin, mengapa tak pernah kau gubris ucapan papa ha? Jangan kau berhubungan lagi dengan si gembel itu. Dia hanya ingin memanfaatkanmu”. Sungguh sapaan yang sangat menyakitkan bagi siapapun yang mendengarnya.
“Maaf om. Bukan salah Serin. Saya yang telah memaksanya untuk bertemu malam ini. Sekali lagi maafkan saya”
“Dika?” panggilku lirih. Dia hanya melirik sekilas ke arahku.
“Ohh memang kau anak yang tak tau malu. Urusi saja seluruh sayur busukmu itu. Jika semua sayur busuk itu telah berubah menjadi emas dan mampu menyaingi kekayaanku, maka aku akan pertimbangkan lagi untuk kau memacari anak tunggalku, Serin Wijaya” ucapnya sinis dan penuh dengan penghinaan.
“Om saya janji akan membuat Serin bahagia. Saya janji akan berusaha untuk menjadi seperti apa yang om mau.”
“Baiklah aku tunggu segala bukti ucapanmu itu. Tapi jangan berbangga dulu, Karena tetap saja pertunangan Serin dan Riko akan tetap terlaksana.”
“Papa, hentikan!”
“Kau yang harus hentikan Serin, dan sekarang masuklah.. Masukk!!!”
Tanpa sempat berkata lagi tangan perkasa Riko menarik lembut tanganku. Menarikku masuk ke dalam. Meninggalkan Dika dengan segala makian yang terus terlontar dari mulut Papa. Hujan mulai mengguyur deras. Sepertinya langit ikut menjadi saksi, betapa hancur dan rapuhnya hatiku, dan begitu juga dengan hati orang yang paling aku cintai, Satria Andika..
Lima tahun berlalu sejak kejadian itu. Dan Dika meninggalkanku tanpa jejak sedikitpun. Hingga saat hari pernikahanku dua tahun silam dengan Rikopun, Dika tak kunjung menampakkan sosoknya. Begitu bencikah dia terhadapku sekarang? Begitu mudahkah dia melupakan segala janji dan setianya? Meskipun di sini, saat ini aku telah menjadi istri sah Riko Perdana pun, hati dan perasaan ini tetap seperti lima tahun silam, tetap menjadi milik kekasih yang paling aku cintai. Andika, andaikau tahu, kembalilah. Bawa aku pergi bersamamu, aku tak kuat jika terus seperti ini. Setiap hari tangisan diiringi namamu selalu terurai.
Hari ini aku ingin berjalan-jalan sendiri. Mencari kesegaran hidup yang selama ini telah mulai redup dimakan lembabnya hati dan kalutnya perasaanku. Kuhidupkan mesin mobil, mobil pun melaju ke sebuah pusat perbelanjaan mewah yang rencananya hari ini akan diresmikan pembukaannya, langsung oleh pemilik mall mewah tersebut. Sesampai di sana, sudah banyak pengunjung yang menyaksikan pemotongan tali tanda resmi pembukaan mall itu. Hingga tiba pada satu titik, jantungku seolah berhenti, kakiku seolah rapuh dan tak mampu berdiri, dadaku terasa penat dan sesak. Sosok itu. Sosok yang di segani oleh jejeran pengusaha-pengusaha ternama yang ikut serta dalam jalinan kerjasama pusat perbelanjaan itu, adalah sosok seorang yang selama lima tahun ini aku rindukan kehadirannya. Yah, dia Andika, Satria Andika. Mataku lekat menatap sosoknya. Mungkin karena ikatan cinta yang terlalu kuat atau alasan apa sajalah, Andika mampu merasakan sorotan mataku. Dia balas menatapku. Tampak keterkejutan di dalam bola mata teduh itu. Tak terasa air mata ini mulai terurai, Dika kau ada di hadapanku sekarang, dan memanggil namamu pun aku merasa tak sanggup. Segera aku bergegas meninggalkan tempat tersebut, menuju taman pinggiran kota tempatku selama ini membagi rasa.
Aku menangis dan menangis di dalam ketenangan taman itu. Tak kusangka aku dapat melihatnya kembali. Rasa senang, bahagia, haru, bangga, marah, kecewa, bercampur menjadi satu. Kekalutanku belum hilang saat ku rasa sentuhan hangat di pundakku.
“Serin Wijaya”, panggilnya lembut
Segera ku tolehkan wajah ke temapt sumber bunyi suara berada.
“Dika? darimana kau tau aku…
“Aku tak akan dengan mudah melupakanmu, sayang”
“Dika, mengapa kau tega, mengapa kau tak memberiku kabar sama sekali? Mengapa kau biarkan orang lain memilikiku Dika? Kau pembohong!” teriakku histeris
Tanpa banyak berkata, Dika membawa tubuhku ke dalam dekapannya.
“Sayang, andai kau tahu. Aku datang di hari pernikahanmu. Aku hanya mampu melihatmu dari jauh tanpa pernah bisa aku langkahkan kaki untuk mendekatimu. Aku malu sayang, aku belum bisa menjadi apa yang seperti papamu mau saat itu. Sejak saat itu aku berfikir, meskipun mungkin kamu telah dimiliki orang lain, jika memang kamu adalah jodohku, maka tanpa ragu aku akan merebutmu kembali, meskipun aku harus korbankan nyawaku untuk itu. Jadi jangan pernah berfikir aku membohongimu Serin. Tidak. Aku tidak seperti itu” katanya tenang.
Kata-kata yang dewasa itu cukup mampu meredam segala gejolak kekecewaan ini. Aku sungguh sangat mencintainya. Dan sampai sekarang pun perasaan itu tetap sama adanya. Andika Satria, sosok yang dulu sangat diremehkan oleh papa, kini menjadi seorang pengusaha besar yang namanya sangat diperhitungkan dalam jalinan-jalinan kerjasama nasional maupun internasional. Beasiswa kuliah singkatnya di Amerika mampu membawa dirinya ke dalam kesuksesan seperti sekarang ini.
Keadaan ini membuatku merasa sangat dilema. Aku bahagia bisa bertemu belahan jiwaku, namun aku tak kuasa akan kenyataan. Kenyataan yang memaksaku untuk menyadari bahwa aku bukanlah Serin yang dulu, sekarang aku adalah Serin Perdana, istri sah dari suamiku, Riko Perdana.
“Sayang, maukah kau hidup bersamaku? Aku akan membawamu ke tempat yang orang lain tidak akan pernah menemukan dan mengusik hubungan kita.”
“Dika, tapi bagaimana bisa? Papa pasti akan menyuruh orang suruhannya untuk mencari kita. Dan aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu. Sudah cukup kamu memendam segala sakit hatimu selama ini”
“Tenang Serin, percayalah. Tak akan ada satu orang pun yang mampu mengusik kita. Kamu mau tau di mana tempat indah itu?”
“Iya, katakan Dika”
Kemudian Dika berjalan bergegas di tengah jalan. Ketika berada persis di tengah keramaian kendaraan bermotor itu Dika berteriak keras…
“Aku akan membawamu ke surga kita Serin. Jika kau mencintaiku, kemarilah. Bersamaku…!!!”
Bruukkkkkkkk…
Truk besar menghempaskan tubuh Dika dengan keras. Aku hanya tercengang melihatnya. Tak kusangka Dika berbuat seperti itu. Sebesar itukah cintanya padaku? Dika aku mencintaimu.. sangat mencintaimu.. Tak ku sadari ternyata kaki ini membawaku ke tengah jalan, hingga sebuah pick up berkecepatan tinggi menghempaskan tubuh kecilku. Gelap.. dan hanya itu yang mampu aku rasakan..
Andika Satria, kini berada si sampingku, menggenggam erat tanganku, sekilas menoleh padaku dan melemparkan senyum tampannya itu. Kami berdua melihat dua sosok tubuh bersimbah darah tak bernyawa di tengah keramaian itu. Aku tau kini jiwaku telah terlepas dari ragaku. Tapi aku sungguh merasakan kebahagiaan yang selama lima tahun ini aku nantikan. Tak akan pernah bisa suamiku Riko akan melepaskanku dan membiarkanku hidup bahagia dengan Dika, kekasih hatiku. Jadi mungkin inilah jalan terbaik dari serangkaian hidupku. Papa, Mama, Riko suamiku, maafkan aku. Aku meninggalkan kalian dengan perbuatan keji ini. Tapi pernahkah kalian mengerti bahwa hanya dengan Dika lah aku merasa hidup. Tak perlu aku hidup dengan kekayaan berlimpah. Aku hanya ingin bersamanya, bersama Andika Satria, dan kini aku mendapatkannya. Dan kalian tak lagi mempunyai hak atas diriku. Mungkin di mata orang lain, kematianku adalah hal yang tragis dan menyedihkan, tapi untukku, kematian ini adalah kematian terindah, karena dengan kematian ini, aku dapat memeluk erat kekasih hatiku, separuh dari nyawaku, orang yang paling aku cinta, Andika Satria, dan kini aku tak akan melepasnya lagi..
Cerpen Karangan: Anteng Maya Surawi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar