Senin, 11 November 2013

Cerpen - 21 Mei

Hari ini tanggal 21 mei, tapi entah kenapa hati ini tak merasa ketenangan yang terjadi 2 tahun lalu saat cinta dan rasa ini begitu mengebu-gebu dalam dada ini.
Tanggal ini begitu terasa melebihi hari-hari yang lain, bukan hari kemerdekaan bukan hari peringatan ataupun hari cuti yang akan di rayakan semua orang. namun hanya tanggal yang membuat dua insan kembali mengenang masa indah yang pernah mereka buat.
Hari ini aku terbagun agak siang dari sebelumnya, namun seakan tubuh ini enggan untuk terbangun dari tempatnya beristirahat semalaman. Tangan ini mulai bergerak menggambil benda kecil yang bernama handphone hanya untuk sekedar mengecek tanggal atau ada sms yang masuk dalam handphone ku. Mataku mulai mencari tanggal yang berada dalam handphone, namun dalam sekejap mata ini tertuju pada tanggal 21 Mei 2013. Entah apa yang kupikir saat itu sehingga memaksa tubuhku ini untuk segera bangun dan membersihkan badan ini.
Segelas kopi menemani ku di pagi ini hanya untuk sekedar menghibur diri, seakan tersenyum sendiri dengan keadaan yang kualami ini. “Tuhan kenapa ku harus alami ini?” kembali diri ini seakan melebarkan senyum ini seakan bersyukur kepada sang maha kuasa dan sang maha adil. Bahkan segelap kopi seakan tidak bisa menahan rasa tawa untuk menertawai diri ku ini. Ku mulai merogoh kantong celana dan mengambil sahabat kecil ku. aku tau dia disana sedang menunggu telpon ku ini, ku mulai menekan tombolnya satu persatu, seakan tangan ini sudah sangat mahir mencari nama wanita yang telah menemani hidup ku selama 2 tahun ini.
“Hallo” suara yang tak asing itu menjawab. “ia, selamat pagi” jawabku, “yank, tau kan ini hari apa?”. “ia, ini hari minggu kan” jawabku dengan candaan. “aku serius, tau kan tanggal ini tanggal berapa?” kali ini agak serius. “ia maaf, ini hari jadian kita tanggal 21 MEI, maaf ya ngak bisa kasih apa-apa”. “memang pernah ya kasih sesuatu?” kali ini dia membalas dengan candaan. “ia…” tuuttt (sambungan terputus). Ah, pasti pulsanya habis (keluhku dalam hati), beginilah kalau LDR (Long Distance Relasionship) harus rela kena kanker (kantong kering). aku hanya bisa tersenyum dengan keadaan yang sangat sering ku alami ini.
Tegukan segelas kopi di pagi itu seakan mencoba membawa ku pada kenangan di masa lalu, saat jarak dan waktu seakan tidak membelenggu kami. Di saat kami bisa melakukan hal-hal yang menarik bersama, berjalan bersama, makan bersama bahkan berbagi kasih bersama Semuanya itu begitu indah di kenang namun kini jarak dan waktu seakan tak bersahabat.
Tak terasa tegukan kopi ini sudah sampai pada ujungnya begitupun pada kenangan itu kini tinggal kenangan, namun aku masih percaya ada serpihan kasih yang membawa kita untuk tetap mempertahankan tali kasih ini, walaupun aku tau betul hati ini dan hatimu bahkan harus tertatih-tatih untuk mempertahankan kisah cinta ini. Aku juga teringat pada pertengkaran kita semalam, pertengkaran yang rasanya begitu aneh bagiku. Kau menuduhku dan kau merasa aku sudah bukan yang dulu lagi, bukan kekasihmu yang menyayangi mu lagi. Tapi sumpah demi diri ku sendiri aku masih menyayangimu. namun ini hanya cara ku mengungkapkan rasa kekecewakaan ku yang harus merasakan jarak yang membuat ku tidak bisa menyayangimu.
Jika engkau disandingkan dengan wanita lain pasti aku akan memilihmu, jika jarak ini bisa ku hapus pasti akan kuhapus, bila mata ini bisa terus menangis maka aku akan menangis. Dan seandainya semua pikiran ini bisa ku Save maka aku akan pindahkan ke kepala mu.
Tak terasa matahari semakin meninggi dan diiringi dengan suara pesawat yang lewat dan terasa begitu dekat di kepala ini. seakan memberi ku jawaban atas segala kegalauan yang ku pertanyakan. “oh, iya… jarak dan waktu bukan permasalahannya karena kita bisa menembus dalam sekejap” pikiran itu secara tidak langsung terpintas di kepala ku. “tapi masalahnya apa?” kembali Tanya ku dalam hati.
Baby you light up my world like nobody else the way that you flip your hair gets me everhelmed ?) handphone ku berbunyi dan ku tau betul siapa yang menelpon ku di ujung sana. “hallo” jawabku. “ya hallo, lagi ngapain?”. “lagi ingat kamu” jawabku mencoba mencairkan suasana. “yank, aku punya sesuatu untuk kamu.”. “apa?” aku mencoba mencari-cari. “ummaaacchh” Keheningan saat itu seakan melebur dengan ciuman itu. “ia, makasih ya” jawabku. “yank, aku ada kerjaan ni udah dulu ya, nanti aku telpon lagi”. “ia…” tuutt.. tuutt. lagi-lagi sembari tertawa.
Namun dari semua itu aku belajar bahwa jarak dan waktu tidak menghalami kami untuk memberikan kasih sayang kami namun jarak dan waktu menjadi perantara dalam kisah cinta 21 Mei ini. Terima kasih jarak dan waktu dan terima kasih kenangan 21 Mei.
Cerpen Karangan: Ryan Aryan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar