Senin, 11 November 2013

Cerpen - Love is Like A Butterfly

Kini aku sudah tiga tahun berada di bangku SMA, benar-benar tak terasa waktu berjalan begitu cepat dari dugaanku. Setahun lagi hari-hariku di putih abu-abu, dan aku yakin itu tak akan lama pula. Tapi masalahnya sekarang adalah aku tidak sekelas lagi dengan teman-teman di kelas dua, walau ada beberapa sih yang masih. Dengan begitu, kita mulai lagi dari awal perkenalan, menyebalkan sekali, ini hal yang membuatku bosan karena tiap tahun harus berkenalan lagi mulai dari awal, dan kita juga harus berusaha mengerti karakter tiap manusia disini. Karena aku berada di ranking 3 besar saat ujian kenaikan kelas, jadi absenku berada di awal. Aku memperhatikan setiap teman yang memperkenalkan dirinya, ternyata aku baru sadar bahwa aku juga sekelas dengan sosok laki-laki yang aku sukai sejak kelas 10.
Namanya Macs, sumpah dia cowo terganteng yang pernah aku lihat. Dia seorang pemain basket predikat utama di sekolah ini, dia juga selalu mendapat penghargaan tingkat provinsi bahkan. Selain itu dia pinter banget main musik, dia juga seorang gitaris dari “The Wild Young” band. Band itu sangat popular di kalangan SMA, bukan hanya karena personelnya yang cool, tapi lagunya juga amazing banget. Gila kan si Macs ini, siapa sih yang tidak suka dan jatuh cinta padanya, semua cewek mengaguminya, tapi aku tidak bisa seperti cewek-cewek kece itu. Aku hanyalah pengagum rahasia, yang hanya memperhatikannya dari jauh.
“namaku Elice” dari nama dan suaranya saja sudah terlihat bahwa gadis itu sangat mempesona dan menarik perhatian setiap cowo. Gadis itu sungguh cantik, rambut panjangnya yang bergelombang dan sedikit kecoklatan dibiarkan terurai dengan teratur, tidak seperti rambutku gelapku yang keriting, kering dan susah diatur. Bola matanya yang berwarna hitam legam dan bulat membuatnya semakin mungil. Tidak seperti mataku yang tajam berwarna coklat. Kulitnya putih dan bibirnya tipis, tidak seperti kulit sawo dan bibir tebalku, tapi aku percaya bahwa senyumku sangat manis melebihi siapapun, itu juga karena dipuji banyak teman ehem. Gadis itu berbadan sangat ideal, tidak seperti aku yang pendek huuuh. Aku baru sadar, kenapa aku selalu membandingkan diriku setiap kali aku melihat gadis yang cantik, walaupun akhirnya aku berada di posisi yang terbawah.
“hei, kamu Mandy kan?” suara itu membuyarkan lamunanku, ternyata itu suara dari gadis yang bernama Elice tadi.
“aku Elice, boleh aku duduk di sebelahmu?” kenapa dia memilih duduk di sampingku, tapi dia bebas memilih dimana saja dia mau.
“oh ya silakan” aku menjawabnya dengan senyuman.
Hari kedua masuk sekolah, masih canggung juga sih di kelas. Tapi hari ini pelajaran dimulai dengan pelajaran kesukaanku yaitu Mathematic, meskipun diajar oleh Mr. William yang terkenal mematikan saat mengajar, tapi aku menikmatinya.
“Mandy, kamu pinter math ya?” suara gadis di sebelahku itu berbisik.
“ahh tidak, hanya hobby hehehe” aku hanya menanggapinya dengan candaan. Aku benar-benar iri atas kecantikannya itu.
“tapi kamu yang paling sering maju dan selalu angkat tangan saat ditanya Mr. William” apa gadis itu memujiku dengan tulus. Aku hanya menanggapinya dengan memperlihatkan deretan gigi rataku.
Jam istirahat tiba, dan seluruh siswa mulai membereskan bukunya dan beranjak ke Kantin. Diam-diam aku memperhatikan sosok yang aku kagumi tiada lain ialah Macs, dia terlihat mengobrol dengan temannya dan berjalan menuju pintu keluar.
“Macs!” gadis cantik itu memanggil Macs, lalu Macs menoleh ke arahnya. Aku yang sedari tadi memperhatikannya segera menundukan kepala berpura-pura mebereskan buku.
“ada apa?” suara dinginnya itu membuatku tambah menyukainya, dia memang benar-benar cowok yang terkenal dingin terhadap cewek. Elice beranjak dari tempat duduknya lalu menghampiri Macs.
“aku ikut makan bersamamu ya?” dia terlihat sangat manja terhadap Macs, dan apa yang ku lihat membuat hatiku sakit, dia memegang lengan Macs dan bersikap genit padanya. Inikah seorang gadis cantik yang mampu berbuat apa saja yang ia inginkan, aku benar-benar ingin berada di posisi Elice saat itu.
“kenapa diam, bolehkan aku ikut denganmu Macs?” aku terus memperhatikan mereka, dan aku tertangkap oleh Macs, dia melihatku tengah memperhatikannya.
“baiklah cantik” apa yang aku dengar tadi menambah rasa sakit di hatiku. Oh Mandy, kamu tidak usah berharap terlalu jauh, kamu hanya seekor tikus bagi Macs, jauh berbeda dengan Elice yang bagaikan putri cantik jelita, tentu saja Macs tidak akan menolak permintaan gadis itu.
Hari ini aku jadi tak bersemangat sejak melihat kejadian di kelas siang tadi. Cinta itu memang sangat menyakitkan bila kita mencintai orang yang tidak mencintai kita. Itu membuat aku sakit hati sendiri seperti ini. Sudahlah Mand, be strong! Semua akan mengalir seperti air. Kemudian nada sms dari ponselku memecah lamunanku. Ku raih benda kecil itu di atas kasur, ku lihat di layarnya, entah siapa yang memiliki nomor yang tidak terdaftar di kontakku. Kemudian kubuka pesan singkat itu.
“hai cebol, sedang apa, pasti mikirin aku kan?” hello, siapa alien yang sms aku sok kenal lagi. Padahal aku tidak tahu siapa dia, seenaknya aja ngubah nama orang lagi.
“maaf ini siapa, salah kirim pesan ya?” aku berusaha sedikit sopan menjawabnya.
Kemudian handphoneku berbunyi lagi.
“rahasia” walah alien ini benar-benar keterlaluan, ditanya siap malah sok misterius lagi.
“aku bertanya baik-baik, siapa kamu?” kembali ku kirim pertanyaan yang sama. Dan tak lama lagi ponselku berbunyi lagi.
“hahaha, besok kita ketemu di perpustakaan sekolah jam istirahat Ok! Jangan buat aku menunggu lama!!” alien darimana sih dia, pake nyuruh-nyuruh seenaknya lagi. Tapi aku juga penasaran dengan orang itu.
Keesokan harinya, pelajaran hari ini memang mebosankan, aku paling tidak suka dengan pelajaran Social, sungguh membuatku sleepy. Kemudian aku lirik pangeran impianku dari bangkuku. Dia duduk tidak jauh dari bangkuku, hanya dipisahkan oleh satu bangku saja, kami berada di urutan bangku nomor dua dari depan. Ku perhatikan sampai kumisan pun dia akan tetap tampan dan manis. Wajahnya kotak, matanya coklat sama sepertiku tapi matanya lebih tajam dari mataku. Kulitnya putih, rambutnya lurus dipotong model Zayn Malik yang ada jambulnya. Perawakannya tinggi atletis lagi, tidak kurus dan tidak gemuk. Benar-benar cowok idaman para gadis-gadis, bahkan gadis secantik Elice saja rela genit dengannya.
“Mandy, Ms. Mandy Fadden” suara lantang itu membubarkan lamunanku. Oh my God, Mrs. Crystine menangkapku tengah melamun.
“yes Mrs” aku segera menjawab panggilan guru killer di sekolah ini, dia pasti akan memakanku, ah tidak tidak pasti akan membunuhku, ah sama saja.
“apa yang kau lakukan?” tanyanya dengan nada tinggi.
“mendengarkan anda menjelaskan” aku tak tau harus menjawab apa.
“apa yang saya jelaskan?” matilah aku, aku sama sekali tidak mendengarkannya tadi.
“a… a… a..” aku berfikir-fikir apa yang harus aku katakan.
“interaksi sosial” seseorang entah siap membisikkan jawaban itu kepadaku.
“interaksi sosial Mrs.” Aku segera menjawabnya.
“lain kali perhatikan siapa yang berbicara di depan anda” Mrs. Crystie terlihat menerima jawabanku. Tapi siapa yang membantuku menjawab tadi, aku ingin berterima kasih padanya. Tapi aku tidak melihat tanda-tanda orang yang berbisik padaku tadi.
Akhirnya bel istirahat berbunyi, dan aku mulai bergegas pergi ke kantin. Tapi rasanya ada sesuatu yang aku lupakan, entahlah apa itu aku tidak bisa mengingatnya. Aku makan bersama teman-teman gadis yang lain, kecuali Alice yang selalu nimbrung dengan kelompok Macs, huh gadis itu benar-benar membuatku sebal.
“aku duluan ya, mau balikin buku ke perpustakaan” salah satu tmanku beranjak dari tempat duduknya lalu pergi. Tapi tunggu, perpustakaan, apa yang salah dengan kata itu. Oh my God, aku baru ingat ada seseorang yang menungguku disana, aku memang memiliki kadar kepikunan yang melebihi batas usia. Tapi apa peduliku dengan alien semalam, tapi bagaimana kalau dia benar-benar menungguku? Ahhh sheeesh… aku langsung pergi dan menuju perpustakaan tanpa menanggapi pertanyaan teman-temanku.
Ada beberapa siswa yang berada di dalam perpustakaan ini, tapi yang mana alien itu ya, entahlah aku tidak tahu wajahnya, apa dia mirip alien yang ada di movie-movie itu atau dia mungkin seperti predator, waduh pikiranku kacau gara-gara Mrs. Cystie tadi. Lebih baik aku membaca novel saja, sambil menunggu alien itu datang menghampiriku.
“hei, ni buku yang kamu suka kan?” seseorang menyodorkan sebuah novel yang selama ini aku cari-cari. Aku seperti mengenali suara laki-laki itu. Lalau perlahan ku angkat kepalu dan melihat sosok yang memberikanku novel ini. Ya Tuhan, apakah aku sedang berkhayal, dia Macs Daniel, cowok yang aku kagumi di sekolah ini. Entah apa yang terjadi pada jantungku di dalam, apakah berhenti berdetak atau berdetak sangat kencang.
“hai Cebol, apa kau menunggu seseorang” sebutan itu serasa tidak asing buatku.
“ahh… Cebol, apa kamu yang mengirimiku pesan tadi malam?” tanyaku meyakinkan perkiraanku.
“ya, apa kau terkejut atau kau mengharapkan orang lain yang datang?” apa maksudnya ini.
“oh.. tidak, aku memang menunggu orang yang ku kira alien sok kenal” aku berusaha menenangkan diri.
“alien? Masa cowok secakep aku kamu bilang alien?” tanpa kau puji dirimu, aku selalu memujimu.
“lalu apa maksudmu mengajakku bertemu disini, bahkan merahasiakan namamu” aku menyelidiki Macs, apa yang dia maksud.
“ah… aku Cuma”
“Macs, ternyata kau disini, apa yang kau lakukan?” si gadis cantik Elice tiba-tiba datang memotong kalimat Macs.
“Elice, kenapa kau mencariku sampai kesini?” Macs terlihat dingin lagi terhadap gadis cantik itu, kenapa dia dingin begitu, dia terlihat tidak senang.
“aku ingin menyampaikan sesuatu Macs” Elice mendekati Macs yang berada di depanku.
“ahh… aku pergi dulu kalau begitu” sebenarnya sakit hati banget aku melihat gadis itu memegang tangan Macs lagi. Tapi baru selangkah, Macs manarik lenganku dan menahanku untuk pergi.
“kenapa Macs?” aku terkejut, tangan atletisnya mencengkram lenganku dengan lembut.
“katakan saja apa yang ingin kamu katakan sekarang” Macs memandang Elice dengan tatapan dingin.
“tapi kenapa kau mencegah Mandy pergi?” gadis itu seprti tidak menyetujui keberadaanku.
“ya sudah kalau tidak mau mengatakannya” Macs berjalan sambil menarik tanganku meninggalkan Elice.
“Macs, tunggu!” Macs segera berhenti saat gadis itu menyuruhnya berhenti.
“Macs, aku mencintaimu sejak kita kenal dari kelas 10, tapi kenapa kamu selalu dingin padaku?” gadis itu benar-benar hebat, dia mampu mengutarakan perasaannya, tapi apa dia bilang, sudah mencintai Macs sejak kelas 10, sama saja denganku, sepertinya Gadis itu sudah pernah mengatakannya pada Macs.
Tiba-tiba macs menariku dengan kencang ke dalam pelukannya, kemudian dia mencium bibirku di depan Elice. Aku yang saking kagetnya tidak dapat berbuat apa-apa, hanya terdiam dengan mata melotot kaget dengan apa yang dilakukan Macs.
“kau sudah lihat? inilah alasannya, aku tidak pernah menyukaimu sedikit pun, kamu memang cantik, tapi itu bukan ukuranku dalam memilih cinta, aku tidak suka dengan sifatmu yang selalu menempel dan mencari perhatianku” apa yang dimaksud Macs, apa artinya semua ini.
“jadi kau lebih mencintai gadis pendek ini dibanding aku yang sudah bersamamu sejak kelas 10?” gadis ini meledekku dengan jelas, benar-benar keterlaluan.
“ya memang seperti itu, aku memang menyukai Mandy, itu sudah dari kelas 10 juga, tapi aku belum sempat mengungkapnya” Macs memandangku dengan penuh arti, aku hanya terdiam tenggelam dalam matanya yang tajam. Elice langsung berlari sambil menangis, aku yakin dia pasti sedih sekali, aku juga pernah merasakannya.
“kenapa kau diam saja Mandy, aku menykaimu, sangat mencintaimu” tangat-tangat atlet itu memelukku dengan erat seakan tidak akan melepaskan lagi. Aku hanya terdiam dan membiarkannya memelukku seperti itu.
“aku… aku… aku juga sangat menyukaimu, aku mengagumimu seperti halnya gadis-gadis lain, tapi aku mencintaimu sangat mencintaimu” kata-kata itu terlontar dari mulutku dengan terbata-bata.
“aku sudah tahu itu, aku selalu memperhatikanmu” aku membalas pelukan laki-laki jangkung itu. Apakah ini mimpi?
Cinta memang tidak bisa ditebak, tapi cinta selalu jujur. Cinta ibarat kupu-kupu yang semakin dikejar akan semakin menjauh. Jadi saat kau berhasil menangkap kupu-kupu itu, jagalah agar dia tetap bersamamu dengan nyaman.
THE END
Cerpen Karangan: Desak Putu Alit Santiani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar