Jumat, 15 November 2013

Cerpen - Cinta Yang Tak Bersatu

Tiba-tiba saja aku terbayang masa lalu ku tentang grup band kecil yang diketuai oleh Rafa sebagai drummer, Zilla sebagai vokalis, dan aku sebagai gitarisnya. Saat dimana kami masih memakai seragam abu-abu, kepolosan kata-kata kami tertuang dalam bait lagu yang kami ciptakan sendiri. Rasanya seperti baru kemarin aku bersama mereka. Waktu begitu cepat berlalu, kami menjalani kehidupan kami masing-masing, lima tahun sudah kami berpisah. Rafa sekarang sudah menjadi pengusaha marchendise bola, Zilla yang entah kemana. Sedangkan aku tetap setia bermusik, membuat sebuah grup band baru yang langsung terkenal. Grup band ku yang sekarang tak jauh berbeda dengan yang lama. Aku tetap sebagai gitaris, Emma sebagai vokalis, dan Rino sebagai drummer. Oh.. ya satu lagi si menejer kami yang sangat menyebalkan.
Entah apa yang terjadi aku tak mmenyukai menejerku itu, sering kali aku mengejek, menyuruhnya atau apapun itu, dia tak pernah kesal akan sikapku. Tak habis pikir aku. “Cris… aku mau bicara sama kamu” ucap Emma, “ya, apa Emm?” balasku sambil tersenyum. “a-aku mencintaimu Cris, apa kamu mau menerimaku?” kata Emma sambil memejamkan matanya. “maaf Emm… aku tak bisa menerimamu, karena aku sedang menunggu seseorang yang sedang pergi jauh, aku tak tau dimana dia dan kapan dia akan pulang. Tapi aku akan tetap menunggunya” jawabku sambil menengadah lalu tersenyum. “Cris, kenapa kamu belum siap-siap? Kita berangkat lima menit lagi” suaranya yang sok itu menyuruhku. “ya! Aku tau cerewet” jawabku ketus, “kak manajer maaf tapi karena aku, Cris jadi belum siap-siap” kata Emma menengahi. “bro menejer kan cantik, semua suka dia kecuali kamu yang selalu bersikap kasar dan keras padanya” timpal Rino. Haaah… berisik mau semua menyukainya atau tidak itu bukan urusanku, yang jelas aku sangat membencinya.
BUBAR! Aku ingin bersolo karir, aku gak mau ada disini terus bersama menejer sok, drummer yang sombong, dan vokalis yang kekanakan. Aku muak dengan kalian. Semua hanya diam membisu, aku tau sifatku yang keras ini membuat mereka takut tapi aku memang harus melakukan semua ini demi mereka. Aku mau keluar negeri jadi kalian harus mandiri meski aku tak menginginkan semua terjadi, tapi inilah takdir.
Yup aku mau ke Italia meneruskan sekolahku sambil belajar musik lebih dalam lagi, sekarang aku dan Rafa sedang berada di dalam pesawat. Tapi aku gelisah aku belum siap meninggalkan Indonesia dan Zilla disana, selama perjalanan jujur aku begitu gelisah tak pernah bisa bertemu dengannya. “aku tau kamu pasti mencari Zilla kan?” Tanya Rafa sambil membaca surat kabar. Sebenarnya aku ingin menjawab pertanyaan itu dan menceritakan semuanya pada Rafa, tapi kuurungkan niatanku. Aku merasa seseorang sedang mengawasiku, entah siapa aku belum jelas.
A-apa yang sedang dia lakukan? apa yang selama ini dalam pesawat mengawasiku itu menejerku grup band?. “hey! Apa yang kamu lakukan disini?” ucapku keras dan geram. “maaf, tapi aku mau jujur sama kamu Cris. Aku ini Zilla teman grup bandmu dulu” jawabnya sambil menahan air mata di pelupuk matanya, haah dia pasti bercanda Zilla sekarang sedang pergi entah kemana. Yang jelas dia bukan Zilla yang kukenal dulu penampilannya sudah jauh berbeda, aku tak mengenalinya lagi. Aku tak yakin dia adalah Zilla. “Cris… dia memang Zilla, aku sudah mengetahuinya sejak lama tapi dia memintaku merahasiakan semua ini padamu” tambah Rafa, yang semakin membuat pikiranku campur aduk, aku tak bisa berpikir jernih. Beribu macam pertanyaan muncul saling beradu pendapat sendiri-sendiri.
Aku hanya bisa diam mendengar ia mengaku telah mengoperasi plastik wajahnya. Demi agar bisa satu grup band lagi denganku dan memalsukan namanya agar aku tak mengetahuinya. “tapi Raf… kenapa dia harus melakukan semua ini? Aku tak percaya, gadis yang dulu lugu berbuat seperti itu. Aku tak bisa menerima semua ini” terangku pada Rafa dengan pikiran yang kalut. Ya, aku mencintai Zilla tapi itu Zilla yang dulu dan bukan yang sekarang. Kenapa harus merubah wajahnya demi aku, seharusnya dia tak perlu melakukan semua ini jika dia memang ingin satu grup band denganku pasti akan kukabulkan keinginanaya. Sekarang aku sudah tau dimana Zilla berada tapi aku tak bisa menemuinya aku belum siap melihatnya lagi, seseorang yang selalu aku jelek-jelekan ternyata adalah Zilla. Cinta ini begitu tragis dimana aku yang tak bisa menyatakan isi hatiku pada seorang gadis yang sangat kucintai, dan dia yang ternyata tak tau kalau aku sangat mencintainya sehingga mengubah penampilannya demi aku. Sungguh aku tak bisa menerimanya meski dia adalah orang yang aku tunggu kepulangannya. Sebuah cinta itu akan tumbuh tanpa harus mengubah apa yang sudah kita miliki.
Cerpen Karangan: Putri Nova Purnama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar