Selasa, 12 November 2013

Cerpen - Dendam Ataukah Karma?

Gadis itu, mengapa bayangannya masih mengganggu setiap tidur malamku? Apakah ini karena aku terlalu merasa bersalah padanya? Ataukah aku yang mulai menyesal karena mengabaikannya? Entahlah.
Perkenalkan namaku davian, aku laki-laki yang kata orang sangat mempesona dengan apa yang aku miliki sekarang, aku bukanlah pria kaya yang bergelimangan harta. Aku hanya pria biasa dengan hidup yang berkecukupan dan memiliki tubuh yang bisa di bilang seperti aktor korea (itu kata orang), yah aku sangat bersyukur dengan anugerah Tuhan yang sangat sempurna untukku. Tentang cinta? Aku sering mengganti-ganti pasangan, walau sebenarnya aku tak terlalu menginginkan mereka, yang ada di fikiranku hanyalah “seorang laki-laki akan merasa hebat jika memiliki banyak mantan pacar” itu kata teman-temanku, hingga aku memberanikan diri untuk berprilaku playb*y, dan sekarang mantan pacarku bahkan tak mampu aku hitung banyaknya. Namun tak satu pun dari mereka yang mampu meraih cinta tulusku, mungkin ini karena mereka memacariku hanya untuk popularitas semata, bukan dengan hati mereka.
Seumur hidupku, sempat ada seseorang yang mampu menggetarkan hatiku, namun dia bukanlah mantan pacarku melainkan seseorang yang sepertinya menyukaiku namun tak bisa berprilaku sebagaimana seorang gadis memendam perasaan kepada seorang laki-laki, yang ia lakukan malah menjauhiku, walau memang aku tak pernah berteman baik bahkan kami tak pernah mengobrol sama sekali, entah apa penyebabnya aku tak tahu. Namanya erena, ku fikir aku bisa melupakan dia seiring dengan berjalannya waktu namun hingga saat ini aku masih tak mampu lepas dari bayangannya.
Semenjak 4 tahun yang lalu, sejak aku lulus dari sekolah menengah atas hingga aku lulus universitas, aku masih mengingatnya dengan jelas bahkan mantan pacarku tak ada yang bisa meggantikan posisinya di hatiku. Dan kini, di tempat ini takdir kembali mempermainkan aku dan dia…
Aku? Sepertinya aku sangat mengharapkan dia untuk datang malam ini, malam ini adalah malam reuni akbar yang diadakan oleh sekolah kami dulu. Entah apa yang ada dalam otakku hingga aku sangat mengharapkan dia hadir dan bertemu denganku, apakah sekarang dia sudah banyak berubah? Atau masih sama seperti 3 tahun lalu saat kami masih sma.
Namanya? Kalau tidak salah namanya ediva irawati, dulu saat reunian pertama ia tak datang, jujur saja aku merasa kecewa. Bagaimana bisa dia tidak datang yang membuat ku sepeerti orang bodoh, bagaimana tidak? Aku menggenggap tangan seorang gadis yang ku fikir adalah dia dan ternyata itu adalah tangan teman dekatnya “ayo masuk, mengapa masih disini?” tanya ku pada gadis itu yang ku tahu namanya mmm ana, “enggak ah, oiya lihat diva gak?” tanya nya yang sontak membuat ku melepas genggaman tangan ku “mmm diva? Yang mana ya?” jawabku salah tingkah, jangan sampai dia tahu kalau aku juga sedang mencari-cari diva. Tampaknya ana tak percaya dengan ucapan ku yang tak mengetahui siapa diva, di berlalu pergi meninggalkanku.
Kini aku bertekat akan membicarakan cinta yang belum usai ini, Aku sengaja berpenampilan layaknya aktor korea agar dia terpukau saat melihatku, namun semuanya sia-sia karena sejak aku datang hingga akan berakhirnya acara reuni itu, aku tak pernah sedetik pun melihat raut wajahnya di antara para gadis yang tengah asyik mengobrol dengan teman-temannya. Hinggga tiba-tiba kerumunan di depan gerbang sekolah membuat aku sedikit tertarik, banyak laki-laki yang seusiaku tengah bersorak-sorak. “hey, tau gak. Diva berubah banget tau, dia sekarang agak gimanaaa gitu” ucap salah seorang yang ku yakini adalah teman sekelas diva dulu, penasaran dengan apa yang ku dengar aku mulai lagi mencari-cari keberadaan diva siapa tahu sekarang dia tengah duduk sendiri seperti kebiasannya 3 tahun yang lalu.
“maaf, permisi aku mau lewat” deg, suara itu, itu adalah suara yang sangat aku rindukan, diva dimana kamu, aku mulai menerobos kerumunan laki-laki yang sepertinya tengah mengerumuni sesuatu dan “deg deg deg deg” itu dia, gadis ku disini tapi mengapa? Dia sangat berbeda, wajahnya? penampilannya? Senyumnya? Mengapa begitu mengagumkan? “bisa tolong bawa aku keluar dari kerumunan ini?” pintanya yang membuat ku tersadar dari sejuta lamunanku, ku rangkul pundaknya membawanya berlalu dari kerumunan yang sangat menakutkan dan aku sadar bahwa ada banyak pasang mata yang menatapku mengancam, aku tak perduli ku bawa diva dengan gagah dan memilih duduk di tempat yang sedikit tenang dari tempat yang tadi. Dan kini mataku tak mampu berkedip, apakah ini diva ku? Diva yang dulu diam-diam mengagumiku? Inikah diva yang tak pernah berani menatap mataku? Inikah diva yang tak pernah ku balas perasaannya? Inikah diva yang entahlah, aku tak tahu harus berkata apa-apa karena kini dia jauh berbeda dari pertama ku melihatnya, sampai aku berfikir bahwa dia adalah bidadari yang nyasar di bumi tepatnya di sma ini. Inilah saatnya untuk ku menyelesaikan cerita ini, dengan modal nekat aku mulia membuka pembicaraan dengannya:
“ediva irawati?” tanya ku gugup, astaga. Apa ini? Dia menyunggingkan senyum manisnya sebelum menjawab pertanyaan ku? Ini bukanlah ciri khas seorang ediva irawati.
“iya ini aku, kamu, kalau tidak salah namamu arya wiranata?” ucapnya dengan senyum yang tak pernah pudar dari bibir manisnya, oh rasanya aku akan pingsan
“iya ini aku, sudah lama tak pernah bertemu, apa kabar? Tadi datang sama siapa” jujur saja aku sangat penasaran, apakah dia datang bersama kekasihnya? Atau suaminya karena sampai saat ini aku pun tak tahu setatusnya masih sendiri atau sudah menikah
“aku (sambil menunjuk dirinya sendiri, namun sedetik kemudian ia tersenyum kembali, ayolah jangan membuat ku mati berdiri) aku datang bersama dengan teman ku, katanya dia ingin melihat sekolah ku dulu dan mumpung dia sedang berlibur ia memintaku datang bersamanya. Tapi entah sekarang dia ada dimana, aku tak tahu”
“ah begitu ya, mmm sudah menghampiri teman-teman lainnya? kurasa belum karena kamu terjebak dalam kandang buaya tadi” (dengan mimik lucu yang ku buat-buat)
“hahahah kamu bisa aja, aku duluan ya” (sembari meninggalkan ku sendirian)
Astaga apa-apaan ini? Kenapa ia meniggalkan ku sendirian di tempat seperti ini? Seharusnya aku menahannya lalu mengungkapkan isi hatiku kemudian dia menerimaku dan kami berpacaran, tapi apa ini? Aish dia benar-benar tidak peka, bisakah ku katakan dia bodoh?. Dan disinilah aku sekarang yang hanya bisa memperhatikannya dari jauh, rambut panjang ikalnya terurai tertiup angin menambah kesan manis dirinya, dress tertutup yang sangat pas cantik melekat di tubuhnya, senyum yang sedari tadi tak pernah pudar seolah-olah menambahkan poin kesempurnan seorang putri.
Dengan keberanian yang tak seberapa perlahan aku mendekatinya dan semoga saja ia mau mendengarkan curahan hatiku, astaga dia menoleh ke arahku dan sekarang dia berjalan mendekatiku sembari melambaikan tangannya, dia melangkah mendekatiku, sedikit lagi dia sampai dan APA?!! Dia melaluiku?!!!
Kini aku hanya duduk termangu tak tahu harus berbuat apa, aku sangat terkejut dengan apa yang terjadi barusan. Dia, ediva irawati wanita yang telah mengunci hatiku beberapa tahun belakangan ini kini tengah menggandeng tangan seorang laki-laki yang ku akui tak kalah tampan dariku, dan dia adalah seorang pengusaha muda yang tengah sukses namanya amir saqi, bagaimana bisa ini terjadi? Ini bukalah cerita di sebuah iklan sabun dan bukanlah drama korea yang romantis, ini adalah hidupku yang sepertinya tak ada keberuntungan untuk ku yang telah mengabaikan seseorang yang telah tulus mencintaiku dan yang ku lakukan adalah menelantarkan cinta dan perasaan tulusnya. Ediva irawati, apakah apakah sekarang kamu membalasku? Ataukah ini karma?.
The End
Cerpen Karangan: Laeli Ekowati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar