Jumat, 15 November 2013

Cerpen - Rain Of The Summer Time

Sejak tadi siang winda terus saja mengurung dirinya di dalam kamar, ia tidak mau membuka kunci pintu kamarnya sekalipun adik kesayangannya yang meminta, papa dan mama juga tak lelah untuk membujuknya agar mau keluar.
“Windo, sebenarnya apa sih yang sedang terjadi pada kakak mu?”, pertanyaan itu terus saja terlontar dari mulut papa dan mama, namun sang adik semata wayang ini hanya mampu menggelengkan kepalanya, betapa tidak ia pun bingung melihat kelakuan kakaknya belakangan ini. “kak Winda, apa sih sebenarnya yang sedang terjadi padamu” pikir Windo dalam hati.
Kemarin sore Windo sempat memergoki kakaknya sedang melamun di taman belakang rumah mereka, bahkan tadi siang setelah pulang sekolah Windo mendapati kakaknya pulang kuliah dengan air mata bercucuran, tanpa berfikir panjang lebar Windo kemudian mendekati kakak kesayangannya itu, namun sangat di sayangkan belum sempat ia berucap kakaknya langsung berlari ke kamar dan mengunci pintu kamarnya dari dalam.
“Assalamu’alaikum om tante, Winda nya ada?” di depan pintu sudah berdiri Nisa temannya Winda. “ooh… kamu Nis, masuk nak! Windanya ada tapi sejak tadi ia mengunci dirinya dalam kamar, kami semua binggung melihat tingkah nya, semua orang disini sudah berusaha membujuk ia agar mau keluar, tapi tetap ia tidak mau peduli.”
“Nisa, mungkin kamu tahu apa sebenarnya yang sedang terjadi pada Winda anak tante… kalian kan sahabat dekat” kata mama dengan nada mengharap.
“Maaf tante… Nisa sebenarnya juga kurang tahu… tapi tadi di kampus Winda terlihat biasa-biasa saja, hanya saja sepulang kuliah Nisa tidak melihatnya lagi… sampai di rumah Nisa mencoba menghubungi Winda, namun tidak ada jawaban… setelah beberapa jam menunggu Nisa akhirnya memutuskan untuk langsung menemuinya kesini tante… karena Nisa juga khawatir”
“kalau begitu tolong kamu coba bujuk dia nak…! om takut Winda kenapa-kenapa…”
“Baiklah om, Nisa coba membujuk Winda agar keluar, Mungkin saja dia mau…”
Dua minggu sebelum kejadian itu, tringgkkk… hp mungil Winda berbunyi, sontak ia langsung meraihnya kemudian memperhatikan layar hp nya. Perlahan ia merasakan dirinya melambung tinggi dengan dada yang berdebar-debar. “KRISNA” ucapnya sambil setengah berteriak. Ada apa gerangan Krisna menelponnya malam-malam begini?
“Assalam’alaikum Winda… ini aku Krisna.”
“Wa’alaikum salam… ia Kris ada apa malam-malam begini nelpon, ada hal penting apa sih…?” ucap Winda dengan nada sedikit di buat cuek.
“Maaf ya aku ganggu kamu… oh iya, kamu besok minggu ada waktu tidak…? Aku mau ketemu kamu.”
“Ya udah… bisa. Dimana?”
“Di taman Kota ya… my Angel. Selamat malam!!!” telpon kemudian langsung ditutup.
Minggu yang cerah di awal musim panas, Winda sedang duduk manis di sebuah taman kota sambil menunggu kedatangan seseorang. “KRISNA” itulah nama orang yang ditunggunya dengan wajah berseri-seri, Krisna adalah laki-laki yang sudah dua tahun ini mengisi salah satu ruang di hatinya Winda, selama ini baik dari keluarganya Krisna maupun Winda mengetahui akan hubungan mereka dan tidak ada larangan dari pihak keluarga masing-masing.
Teng, teng… Selang berlalu satu jam kemudian… Winda melirik jam tangannya, ia kemudian mulai terlihat gelisah, karena orang yang ia tunggu sejak tadi belum juga datang, ia sudah mencoba berulang kali menghubungi nomornya Krisna, namun tetap tidak aktif, puluhan pesan pendek pun sudah ia kirimkan namun tetap tidak ada balasan dari seberang sana.
“Maaf neng, neng yang namanya Winda kan…?”, ucap seorang laki-laki setengah baya yang sudah berdiri di sampingnya.
“Owh… iya benar, ada apa pak?”
“Begini neng, tadi ada seorang laki-laki menghampiri Bapak di seberang jalan sana, katanya namanya Krisna. Dia minta Bapak untuk menyampaikan pesan untuk neng Winda.”
“Apa pak? Krisna…, Namanya Krisna?” kata Winda dengan sangat terkejut.
“Ia neng, betul… tadi ia menyebutkan namanya Krisna, ya kalau Bapak tidak salah ingat.”
“Lalu apa yang ingin ia sampaikan pada saya pak?”
“laki-laki yang bernama Krisna itu bilang dia minta maaf pada neng Winda, karena Dia tidak bisa menemui neng Winda… selain itu dia juga minta maaf karena mungkin mulai sekarang ia sudah tidak mampu lagi memenuhi segala janji yang sudah ia ucapkan untuk neng Winda, maaf neng, Bapak hanya menyampaikan pesan itu saja, karena setelah itu laki-laki bernama Krisna itu langsung pergi. Oh iya benar, Dia juga menitipkan bunga mawar putih dan juga boneka ini untuk neng Winda… Baiklah neng, Bapak Permisi dulu masih banyak kerjaan yang harus Bapak selesaikan, permisi neng…” ucap Bapak itu sambil membawa sapu yang mungkin sejak tadi ia gunakan untuk membersihkan taman kota itu.
Deggg… Jantung Winda berdegup kencang. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Krisna, pikirnya dengan mata yang berkaca-kaca.
“Winda… buka dong… please!!!. Ini aku Nisa Win… ayo dong keluar, paling tidak kamu harus cerita sama aku, mungkin aku bisa bantu kamu.”
Selang beberapa menit kemudian pintu pun terbuka, semua orang yang berdiri di depan pintu tercengang melihat keadaan Winda, betapa tidak… mata Winda yang sipit ini terlihat semakin sipit karena bengkak sebab menangis, akan tetapi tidak ada seorang pun yang berani bertanya ada apa gerangan dengan winda…
“Masuk Nis…!!! ada yang mau aku ceritakan sama kamu.” Tanpa berpikir panjang Nisa pun langsung masuk ke dalam kamar tanpa di ikuti oleh yang lainnya. Beberapa saat kemudian pintu dikunci lagi dari dalam.
“Kamu kenapa Win…?” Tanya Nisa setelah ia duduk di atas tempat tidur Winda yang empuk.
“Krisna… Nisa, Krisna…” ucap Winda sambil menahan tangis yang sejak tadi membanjiri wajah manisnya.
“Masalah Krisna lagi?, Ya ampun Win… aku kan udah bilang lupain Krisna… masih banyak laki-laki yang lebih baik dari pada dia”
“Bukan itu Nis…”
“Kalau bukan itu, lalu apa…?” sergah Nisa.
“Selama ini aku salah Nis… aku sudah salah menilai dia”
“Salah… apanya yang salah Win?”
Winda kemudian menyodorkan selembar kertas berwarna Biru pada Nisa. Tanpa berucap sepatah kata pun, ia kembali menangis sambil memeluk boneka Teddy kesayangannya. Boneka Teddy itu adalah boneka yang di berikan oleh Krisna dua minggu yang lalu di taman kota. Meskipun Krisna tidak memberikannya secara langsung kepada Winda, meskipun Krisna menghilang selama dua minggu ini dan tanpa memberikan kabar barang satu pesan pendekpun terhadap Winda, namun ia selalu menjaga dan menjadikan Boneka Teddy itu sebagai boneka kesayangannya.
Sepucuk surat yang dituliskan di atas kertas berwarna biru muda dengan corak mawar putih dari Krisna…
To… yang selalu ada dalam mimpi dan nyataku… My Angel, Winda
Maafin aku Win… selama dua minggu ini aku menghilang tanpa kabar, tanpa memberitahu dimana keberadaanku… Mungkin aku sudah membuat mu membenci diriku ini, tapi mungkin ini lah yang terbaik untuk mu, meskipun tidak untuk ku…
Win… aku hanya ingin kamu tahu, meskipun aku jauh darimu, dan kamu tak bisa melihatku, namun aku tak pernah bisa melupakan mu walau hanya sedetik dalam hitungan waktu yang mungkin sudah tidak ada lagi untuk ku… untuk kita bersama.
Win… cobalah untuk tegar menghadapi kenyataan dalam hidup ini, kamu masih punya banyak kesempatan dan waktu untuk terus menjalani hidup kamu, tapi tidak untuk aku.
Winda… ketika kamu membaca surat ku ini, mungkin ini adalah kali yang terakhir aku bisa menulisnya untuk mu, karena mungkin saat itu pula aku sudah tidak ada lagi, Sudah tidak dapat lagi berada di samping mu, sudah tidak bisa lagi berbagi cerita dengan mu, sudah tidak bisa lagi mendengar tawa dan tangis mu, karena aku… sudah tidak ada lagi di dunia ini.
Kanker otak stadium akhir… Dokter bilang aku sudah tidak punya banyak waktu lagi untuk menghembuskan nafas… meskipun aku tau Dokter bukanlah Tuhan yang bebas menentukan kapan dan sampai kapan aku hidup… tapi aku takut Win, karena aku merasa malaikat maut sudah mulai mengincar nyawaku, dan aku merasa semuanya tak akan berlangsung lama lagi… waktuku sangat sedikit.
Sebenarnya aku sudah tahu hal ini cukup lama, tapi aku menyembunyikannya dari mu… dan aku juga meminta seluruh keluargaku untuk tidak mengatakannya, sampai akhirnya aku sudah tidak ada lagi… dan hanya rentetan kata-kata ini yang aku titipkan pada mereka untukmu… semua ini aku lakukan Karena aku pikir, aku hanya akan menjadi beban untuk mu… my Angel.
Maafkan aku… tidak bisa menemuimu untuk terakhir kalinya, karena aku yakin aku tak mampu menutupi kenyataan pahit ini dari tatapan matamu. Aku pikir ini yang terbaik untuk mu…
Maafkan aku Win… maafkan semua kesalahan ku, maafkan aku tak mampu lagi memenuhi janji kita untuk bersama. Aku hanya bisa berdo’a semoga Allah memberikan orang yang lebih baik daripada aku untuk bisa menjagamu.
Allah Maha mengetahui segala isi hati hambanya, termasuk kau dan aku… sangat mudah bagi Allah untuk bisa menyatukan kita di syurga kelak. Amien…
Dari your prince “K”
Diam tanpa sepatah kata… yang terdengar hanya isak tangis dua orang sahabat dengan hati yang penuh luka dan kepedihan…
Rain of the summertime… musim panas yang menyedihkan.
Oleh Hartati… 20 February 2013
Cerpen Karangan: Hartati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar